HALUAN.CO – Salah satu tren olahraga terbaru ini tidak hanya terkonsentrasi pada angkat beban dan kardio rutin, melainkan dengan metode yang lebih mutakhir dalam berolahraga. Upaya ini disebut sebagai biohacking, yakni semacam upaya “meretas” tubuh untuk kebugaran optimal.
Andreas Breitfeld dikenal sebagai ahli terkemuka Jerman di bidang biohacking. Kehidupan sehari-harinya melibatkan aktivitas mandi es, perawatan inframerah dan sinar UV, sesi pelatihan interval yang diatur waktunya dengan begitu susah payah, memotong aliran darah ke anggota tubuh, dan juga melakukan terapi medan magnet.
Sejak 2017, KTC LAB Munich telah dibentuk sebagai departemen penelitian dan pengembangan dalam kreasi serta produksi pakaian luar dengan performa terbaik. Di LAB di Munich, Breitfeld dan rekan-rekannya tidak hanya melakukan sebagian besar penelitian dan pengembangan, tetapi juga menguji dan menampilkan penemuan baru dari semua bidang untuk mengoptimalkan kinerja dan kesejahteraan manusia. Salah satunya biohacking.
Peralatan medis dan teknis di LAB Munich-nya digadang sesuai dengan nilai maupun standar keamanan produk Tesla. Apa yang dilakukan Breitfeld untuk tubuh dan pikirannya, dianggap mewakili standar kesehatan, kebugaran, dan upaya pengoptimalisasian tubuh kita di masa depan.
42 tahun pertama kehidupan Breitfeld, diceritakan dengan sekilas dalam wawancaranya dengan Redbull. Ia menjadi jurnalis sedari usia 14 tahun, editor kolom kebugaran di sebuah majalah besar Jerman, instruktur pelatih pemintalan di AS dan Eropa, pendiri agensi PR dengan klien internasional di bidang fashion dan seorang ayah dari dua anak. Dalam rentang waktu itu pula sebuah pukulan besar menimpa hidupnya.
“Itu adalah tahun di mana saya mengumpulkan 228.000 mil udara. Suatu hari, semua yang ada di dalam diri saya runtuh seperti rumah kartu yang dilanda topan,” kenang Breitfeld pada Redbull. “Tidak masalah apakah Anda menyebutnya kelelahan atau runtuhnya durabilitas sistemik, saya memiliki tingkat energi seperti tanaman pot berdebu di kantor.”
Mengatasi burnout dengan biohacking
Enam tahun silam, seorang biohacker bernama Matthias Dippl mengalami burnout secara tak terduga. Burnout sendiri merupakan stres berkepanjangan yang tak hanya berpengaruh pada kondisi tubuh, melainkan pada kondisi emosional maupun psikis. Badannya menyusut drastis, daya tahan tubuhnya anjlok, dan tidak mampu berkonsentrasi penuh. Ketika itu upaya biohacking telah membantu Dippl melawan burnout.
Dippl mencoba sejumlah taktik biohacking. Ia menjalankan diet, melakukan olahraga dari mulai kardio hingga varian lainnya, dan terutama Dippl berusaha keras memperbaiki kesehatan pencernaannya. Di samping itu Dippl mengatur jam tidur atau istirahatnya secara ketat.
Sebelum Dippl tidur, ia acapkali mematikan wifi dan memperhatikan pasokan air minum untuk tubuhnya. Selain itu, selembar plester khusus yang ia kenakan sepanjang malam di mulutnya, memaksa dirinya mesti bernapas dari hidung. Hal itu disinyalir bakal mengoptimalkan daya tahan dan sistem pernapasan di tubuhnya.
Pertaruhan dari sisi kesehatan
Dokter spesialis olah raga dari Ludwig-Maximilians-University of Munich yakni Thomas Niethammer, berkata bahwa biohacking memang punya implikasi yang beragam. Dalam bentuk taktik yang ringan seperti menaikkan intensi berolahraga, tidur cukup, dan makan makanan yang sehat, tentu nilainya positif.
Namun dalam pengoptimalisasiannya atau batas terjauh untuk mendongkrak durabilitas seseorang, bisa jadi berbahaya. Pasalnya selain mesti ada penelitian dan pendamping dari segi kedokteran dan olahraga, upaya biohacking yang dilakukan dengan intensitas yang brutal, disebut bakal jadi bumerang bagi kebugaran tubuh biohacker sendiri.
Meski Niethammer menganggap bahwa biohacking bukan opsi bagi setiap orang, namun setidaknya bagi seorang Matthias Dippl atau bahkan bagi pelopornya yakni Andreas Breitfeld, biohacking adalah jalan keluar dari situasi burnout maupun menurunnya kebugaran serta durabilitas tubuh.