in

Misi OSIRIS-REX Membawa Kumpulan Asteroid dari Bennu ke Bumi

Pesawat luar angkasa OSIRIS-REX telah menyimpan batuan dan debu yang dikumpulkannya dari Bennu. Lantas manuver OSIRIS-REX yang berjarak 200 juta mil dari Bumi ini, selanjutnya bakal mengirim semua sampel asteroid yang telah dikumpulkannya itu ke Bumi.

Laporan itu lantas mengusir kekhawatiran tentang OSIRIS-REX yang telah melakukan perjalanan selama bertahun-tahun melintasi tata surya, tetapi kehilangan banyak muatan ilmiah yang telah dikumpulkannya. Manajer misi OSIRIS-REX kini tengah memulai persiapan untuk kembali ke Bumi dengan membawa semua itu.

“Saya dan tim yakin, bahwa kami masih memiliki ratusan gram sampel yang kami rencanakan untuk dibawa kembali ke Bumi,” urai Dante Lauretta, penyelidik utama misi OSIRIS-REX, pada The New York Times di hari Kamis, 29 Oktober 2020.

OSIRIS-REX telah menyelidiki asteroid kaya karbon bernama Bennu selama beberapa tahun terakhir. Asteroid itu adalah bagian dari tata surya awal, bahkan sebagian besar tidak berubah sejak terbentuk 4,5 miliar tahun lalu.

Molekul berbasis karbon di asteroid seperti Bennu digadang dapat menjadi bahan penyusun kehidupan di Bumi. Tim dari misi antariksa OSIRIS-REX meyakini hal itu karena berangkat dari hasil penelitiannya bertahun-tahun.

Pada hari Selasa pekan lalu tanggal 20 Oktober 2020, OSIRIS-REX—yang merupakan singkatan dari misi mereka yakni Origins, Spectral Interpretation, Resource Identification, Security, and Regolith Explorer—turun ke permukaan.

Tim OSIRIS-REX menenggelamkan kolektornya, yang menyerupai filter udara mobil mesin, menuju permukaan yang sangat lembut. Di mana lokasi yang dimaksud adalah Bennu.

Ketika para ilmuwan mengarahkan kamera pada pengumpul sampel, mereka sangat senang karena tampak penuh. Namun di sisi lain mereka juga khawatir bahwa materi tampaknya keluar kembali ke luar angkasa.

Upaya penghimpunan batuan sempat macet ketika berada di katup penutup yang dirancang untuk menutup tabung itu. Namun perlahan tim OSIRIS-REX bisa menanggulangi kendala teknis itu.

Alih-alih melakukan manuver putaran yang dirancang untuk mengukur massa sampel, pejabat NASA memutuskan bahwa sudah lebih dari cukup muatan di sana, dan lebih penting untuk menyimpan sampel di kapsul kembali sebelum terlalu banyak sampel yang hilang.

Saat tabung dipindahkan selama tahap penyimpanan, beberapa sampel lagi melayang pergi. Lauretta memperkirakan bahwa puluhan gram telah hilang dari sampel yang telah tim kumpulkan.

“Kami telah menyadari bahwa partikel yang hilang, yang berlanjut di seluruh penyimpanan, adalah apa yang saya sebut sebagai efek tempat garam,” imbuh Lauretta. “Akibatnya, partikel itu mengelupas dan sebagian kecil partikel dari sampel yang dikumpulkan, menghilang.”

Setelah tabung diturunkan ke tempatnya, bagian atas kapsul balik terayun ke bawah seperti kulit kerang dan ditutup dengan dua kait, menyegel wadah sampel di dalam dan mencegah kehilangan material lagi.

Selama perjalanan, Lauretta mengatakan bahwa inspeksi visual dari tabung penampung memastikan ada sekitar 400 gram, atau hampir satu pon material di dalamnya. Tapi kamera hanya bisa mengintip sekitar 17 persen dari volume kolektor, jadi ada kemungkinan ada lebih banyak massa di dalamnya.

Alhasil, misi itu bertujuan untuk membawa kembali minimal 60 gram, atau lebih dari 2 ons asteroid.

Operasi yang memakan waktu sekitar 36 jam itu selesai pada Rabu pekan kemarin. Karena OSIRIS-REX sangat jauh, konfirmasi setiap perintah yang dikirim ke pesawat ruang angkasa membutuhkan waktu 37 menit—waktu cahaya untuk melakukan perjalanan ke sana dan kembali.

“Seperti yang dapat Anda bayangkan, di area dukungan misi, semua orang menyelesaikan setiap langkah ini, ada begitu banyak pujian,” jelas Sandra Freund, manajer operasi misi di Lockheed Martin Space di Colorado, menanggapi tentang rencana kembali OSIRIS-REX.

Lauretta berkata bahwa partikel yang lepas memang menawarkan beberapa ilmu pengetahuan yang tidak terduga. Salah satu penemuan mengejutkan selama kunjungan OSIRIS-REX adalah bahwa partikel meletus dari permukaan Bennu ke luar angkasa.

“Sifat yang kami simpulkan dari partikel-partikel itu sangat mirip dengan apa yang kami pantau telah lenyap,” tambah Lauretta. “Seperti Anda membuang sekotak cornflake ke luar angkasa, dan mereka berhamburan dalam gerakan acak.”