in

The Energy Observer: Kapal Hidrogen yang Digadang Nol Polusi

HALUAN.CO – Kapal berbahan bakar hidrogen yang mencoba mengelilingi dunia menggunakan sumber energi terbarukan, diturunkan di laut di kota Saint Malo di barat laut Perancis pada April 2017. Setelah terus melakukan pengujian hidrogen untuk bahan bakar kapal sampai saat ini, pihak pabrikan bakal lekas memproduksinya secara komersial.

The Energy Observer, nama itu yang kemudian dilekatkan pada kapal yang diyakini sebagai moda zero emission. Saat industri maritim berlomba mencari teknologi ramah lingkungan, pemanfaatan hidrogen sebagai bahan bakar The Energy Observer, diyakini sebagai terobosan yang cemerlang.

Kapal sepanjang 30 meter dan lebar 13 meter ini menjadi kapal pertama yang memproduksi hidrogen dari air laut tanpa emisi gas rumah kaca. Dalam rentang waktu pengujiannya, The Energy Observer memakan waktu enam tahun untuk keliling dunia dan mengunjungi 50 negara serta 101 pelabuhan.

Demi mencapai tujuan industri perkapalan atau industri maritim ramah lingkungan yang ditetapkan oleh PBB, para pemimpin pabrikan mengatakan bahwa kapal energi zero emission sudah semestinya mulai menjadi armada global pada tahun 2030. Lebih jauh kapal yang menggunakan tenaga hidrogen diharapkan dapat memenuhi target itu.

Energy Observer telah dijuluki sebagai laboratorium terapung karena memiliki teknologi futuristik termasuk penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar. Hidrogen akan dihasilkan di kapal melalui serangkaian proses yang dimulai dengan desalinasi air laut.

Air yang dimurnikan akan digunakan baik untuk minum maupun untuk proses elektrolisis, yang memecah molekul air menjadi hidrogen serta oksigen. Pengelektrolisiran ini dapat menghasilkan 360 gram hidrogen setiap satu jam.

Karena hidrogen memiliki berat molekul yang sangat rendah, lantas menjadikannya sangat ringan. Hasil pengelektrolisiran bakal langsung melewati kompresor dan diberi tekanan hingga 350 bar. Kemudian disimpan dalam delapan tangki yang dapat menampung 60 kg hidrogen.

Setalah itu, hasil pengelektrolisiran dimasukkan ke dalam sel bahan bakar membran atau pertukaran proton yang menghasilkan listrik dari hidrogen dengan uap air sebagai buangannya. Listrik kemudian digunakan untuk mengisi baterai yang menggerakkan dua motor listrik untuk penggerak.

Sekitar tiga setengah kilogram hidrogen akan dibutuhkan untuk menggerakkan kapal selama satu jam. Tenaga hidrogen akan digunakan sebagai range extender untuk kapal yang sumber tenaga utamanya adalah panel surya yang menempati area seluas 120 meter persegi.

Perusahaan minyak Royal Dutch Shell meyakinkan pada publik bahwa mereka bakal mengulangi komitmennya pada bulan lalu, untuk menggunakan hidrogen yang dianggapnya sebagai energi yang potensial bagi industri kapal, dibandingkan dengan alternatif energi nol emisi lainnya.

Perusahaan pembuat kapal ABB yang berbasis di Swiss kini tengah mengembangkan sistem sel hidrogen untuk kapal penumpang dan kargo. Salah satu proyeknya melibatkan pengembangan sistem tenaga dan propulsi berbasis sel, untuk kapal yang berlayar di sungai Rhone, Prancis.

“ABB melihat kapal jarak dekat sebagai pengguna pertama teknologi sel bahan bakar ini,” ungkap Juha Koskela, Presiden Divisi ABB Marine & Ports, pada DW Indonesia.

Menurut perkiraan perusahaan manajemen risiko DNV GL, harga bahan bakar hidrogen hijau sekitar 4-8 kali lebih murah dibanding harga bahan bakar minyak belerang. Harga jenis hidrogen lainnya ada yang lebih murah, tetapi diproduksi menggunakan bahan bakar fosil yang artinya tidak bebas emisi.

Hidrogen hijau diperkirakan akan turun harga selama beberapa dekade mendatang karena biaya energi terbarukan dan elektroliser mengalami penurunan.

Christos Chryssakis dari DNV GL mengatakan butuh sekitar 20 tahun untuk membangun infrastruktur pengisian bahan bakar gas alam cair. Prosesnya bisa lebih cepat untuk hidrogen, tetapi dibutuhkan miliaran dolar untuk investasi itu.