in

Tiga Wisata Museum Penjara di Indonesia

HALUAN.CO – Berwisata atau tamasya bersama keluarga maupun orang-orang tercinta, tak selalu mesti mengunjungi lokasi-lokasi wisata saja. Terkadang banyak masyarakat yang juga mencari lokasi wisata yang sama sekali tidak menawarkan pesona alam yang indah, pemandian air panas, penginapan yang tenang, atau lokasi-lokasi lainnya.

Di antara itu, banyak masyarakat yang memilih untuk berwisata ke tempat-tempat bersejarah. Selain untuk tujuan berwisata, biasanya dengan mengunjungi tempat seperti museum, kita bisa mendapatkan bonus lain yaitu soal sejarah tempat itu sendiri.

Salah satu wisata menarik di Indonesia yang tidak sedikit masyarakat senang menempuhnya adalah mengunjungi museum. Namun di sini museum yang dikunjungi begitu berbeda. Beberapa lokasi museum yang bakal dibahas di sini adalah wisata museum bekas penjara.

Berikut ada empat lokasi atau museum bekas penjara di Indonesia yang acapkali dikunjungi banyak masyarakat ketika hari-hari biasa maupun liburan:

Penjara Bawah Tanah Museum Fatahillah

Museum Fatahillah di kawasan Kota Tua acapkali dianggap sebagai ikon Jakarta. Di tempat ini bertempat pula lokasi kelam di zaman penjajahan Belanda, yakni suatu penjara bawah tanah yang menyeramkan.

Ada penjara wanita yang sangat kecil dan sempit dengan ukuran hanya 6x 9 meter. Dahulu, penjara ini dihuni sekitar 40-50 orang di dalamnya. Mereka ditelantarkan begitu saja. Sebagian dari tahanan meninggal sebelum adanya proses persidangan. Tahanan yang sempat merasakan dinginnya penjara wanita ini salah satunya adalah pahlawan wanita dari Aceh yaitu Cut Nyak Dhien.

Sedangkan di dalam penjara khusus pria, masih terdapat bola-bola berat yang dahulu digunakan untuk mengikat kaki para tahanan agar tidak melarikan diri. Namun dalam penjara ini, tidak terdapat lampu sama sekali sehingga ketika pengunjung masuk ke dalamnya, terasa sangat gelap dan hawa di dalam penjara pun begitu pengap.

Penjara Boven Digoel

Boven Digoel adalah penjara alam yang didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda di Pulau Papua. Penjara ini digunakan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk mematahkan perlawanan kaum pergerakan. Boven Digoel adalah tempat pembuangan atau pengasingan bagi orang-orang yang dianggap membahayakan pemerintahan kolonial Belanda.

Kamp Boven Digul terletak di hilir tepi sungai Digul dan Kamp tersebut dipersiapkan dengan tergesa-gesa untuk mengatasi kebijakan akhir pemerintah kolonial terhadap orang-orang yang terlibat dalam pemberontakan PKI tahun 1926 dan 1927. Luas wilayah kawasan itu hampir 10.000 hektar. Kabarnya Soekarno dahulu dibuang di tempat ini.

Kondisi alam di Boven Digoel terbilang keras. Beberapa hal yang mempersulit kehidupan para tawanan meliputi iklim yang buruk, serangan nyamuk penjangkit malaria, keterasingan dari peradaban manusia, juga diserang demam yang tinggi hingga kencing hitam yang diderita oleh para tawanan ini dan juga rasa rindu kepada keluarga.

Selain itu, masih ada ancaman serangan dari suku-suku liar yang menghuni kawasan itu. Maka hingga kini, penjara di Boven Digoel merupakan penjara alam yang mampu membuat manusia mati dalam rentang hitungan bulan.

Museum Penjara Lowokwaroe

Museum Penjara Lowokwaroe ini bisa dibilang cukup unik karena lokasinya yang berada di dalam area penjara tepatnya di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Malang, yang dahulunya bernama Penjara Lowokwaru, Kota Malang.

Museum digadang-gadang merupakan museum pertama di Indonesia yang berada di dalam penjara. Pada periode 1921–1964, tempat ini pernah menjadi tempat para pejuang kemerdekaan diinterogasi pada zaman penjajahan Jepang. Sementara pada periode 1964–1987, lokasi ini dialihfungsikan menjadi tempat pembinaan narapidana.