Pada tahun 2008, para penambang di lepas pantai Namibia menemukan harta karun yang terkubur: sebuah kapal Portugis bernama Bom Jesus’ yang tenggelam serta hilang dalam perjalanan ke India pada tahun 1533. Kapal dagang itu disebut membawa harta karun berupa koin emas dan perak serta bahan berharga lainnya.
Tetapi bagi tim arkeolog dan ahli biologi, kargo Bom Jesus yang paling berharga adalah tangkapan lebih dari 100 gading gajah. Kargo arkeologi gading Gajah Afrika itu disebut terbesar yang pernah ditemukan.
Analisis genetika dan kimiawi kini telah melacak gading-gading itu kembali ke beberapa kawanan gajah hutan yang berbeda, yang pernah berkeliaran di Afrika Barat. “Sejauh ini, pelacakan ini adalah upaya paling rinci dan komprehensif untuk mendapatkan gading gajah,” kata Paul Lane, seorang arkeolog di Universitas Cambridge yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Hasil baru, yang dilaporkan dalam Current Biology pada 8 Februari 2020, memberikan wawasan tentang sejarah populasi gajah Afrika dan jaringan perdagangan gading.
“Karena hilang di laut selama hampir 500 tahun, gading Bom Jesus sangat terawat,” ujar Alida de Flamingh, ahli biologi molekuler di University of Illinois di Urbana-Champaign. “Saat kapal tenggelam, tembaga dan batangan timah (yang disimpan di atas gading) mendorong gading turun ke dasar laut,” imbuhnya.
Arus laut yang sangat dingin juga mengalir melalui wilayah Atlantik ini. Lebih jauh menurut de Flamingh, arus yang sangat dingin itu mungkin membantu melestarikan DNA yang ada di gading.
Flamingh dan rekan-rekannya mengekstraksi DNA dari 44 gading. Materi genetik mengungkapkan bahwa semua gading itu berasal dari gajah hutan Afrika (Loxodonta cyclotis) bukan dari kerabat sabana Afrika mereka (L. africana).
Membandingkan DNA gading dengan populasi gajah Afrika masa lalu dan sekarang dengan asal-usul yang diketahui, tim menentukan bahwa gading yang karam itu milik gajah dari setidaknya 17 kawanan yang berbeda secara genetik di Afrika Barat. Hanya empat di antaranya yang masih ada. Garis keturunan gajah lainnya mungkin telah punah akibat perburuan atau perusakan habitat.
Jenis, atau isotop, karbon dan nitrogen di gading memberikan detail lebih lanjut tentang tempat tinggal gajah-gajah ini. Karbon dan nitrogen terakumulasi di gading selama masa hidup gajah melalui makanan yang dimakan hewan dan air yang diminumnya.
Jumlah relatif dari isotop karbon dan nitrogen yang berbeda bergantung pada apakah gajah menghabiskan sebagian besar waktunya di hutan hujan, atau padang rumput yang gersang. Isotop di gading Bom Jesus mengungkapkan bahwa gajah-gajah itu hidup di antara hutan dan sabana.
“Kami cukup terkejut,” kata Ashley Coutu, seorang arkeolog di Universitas Oxford. Gajah hutan Afrika modern dikenal berkeliaran di hutan serta sabana. Tetapi para peneliti mengira bahwa gajah hutan pertama kali berkelana ke padang rumput hanya pada abad ke-20, karena banyak gajah sabana yang dimusnahkan oleh pemburu liar dan habitat asli gajah hutan dihancurkan oleh perkembangan manusia. Hasil baru menunjukkan bahwa gajah hutan Afrika selaras dengan habitat hutan dan sabana selama ini.
Pemahaman yang lebih baik tentang habitat yang secara historis disukai oleh gajah hutan Afrika dapat menginformasikan upaya untuk melestarikan spesies yang rentan ini . Lebih dari 60 persen gajah ini telah diburu dalam beberapa dekade terakhir, dan yang tersisa hanya sekitar seperempat dari rentang sejarah mereka. Terlebih semua catatan itu dihimpun oleh Yayasan Margasatwa Afrika.
Asal-usul gading Bom Jesus juga melukiskan gambaran yang lebih jelas tentang perdagangan gading abad ke-16 di benua Afrika.. Fakta bahwa gading berasal dari banyak kawanan berbeda mengisyaratkan bahwa banyak komunitas di Afrika Barat terlibat dalam penyediaan gading.
Namun tidak jelas apakah pedagang Portugis mengumpulkan gading yang beragam ini dari beberapa pelabuhan yang bersumber secara lokal di sepanjang pantai, atau dari satu pelabuhan yang terhubung dengan jaringan perdagangan yang luas di dalam benua itu. Analisis masa depan tentang gading yang ditemukan di situs pelabuhan bersejarah dapat membantu memecahkan misteri itu.