Ilmuwan di Jerman menemukan formula yang dapat memulihkan seseorang dari kondisi lumpuh. Formula ini sudah berhasil diuji coba terhadap tikus.
Tim peneliti berhasil membuat tikus yang lumpuh dapat berjalan lagi setelah mengalami cedera tulang belakang. Hasil studi itu mengungkap, peneliti berhasil membangun kembali hubungan saraf yang sampai saat ini dianggap tidak dapat diperbaiki pada mamalia.
Sebagai langkahmemulihkan saraf penyebab kelumpuhan tersebut, para ilmuwan menggunakan protein perancang yang disuntikkan ke otak tikus, dikutip dari Reuters, Senin (25/1/2021).
Cedera saraf tulang belakang pada manusia diakibatkan berbagai faktor, seperti cedera olahraga atau kecelakaan lalu lintas. Akibat cedera tersebut, banyak yang mengalami lumpuh karena tidak semua serabut saraf yang membawa informasi antara otot dan otak mampu terhubung kembali.
Namun kini para ilmuwan dari Ruhr University Bochum, Jerman tersebut berhasil merangsang sel saraf tikus yang lumpuh untuk beregenerasi menggunakan protein perancang.
“Hal khusus tentang penelitian kami adalah bahwa protein tidak hanya digunakan untuk merangsang sel-sel saraf yang memproduksinya sendiri, tetapi juga dibawa lebih jauh (melalui otak),” ungkap kepala tim peneliti Dietmar Fischer dilansir Reuters.
“Dengan cara ini, melalui intervensi yang relatif kecil, kami menstimulasi sejumlah besar saraf untuk beregenerasi dan pada akhirnya itulah alasan mengapa tikus dapat berjalan lagi,” sambung Dietmar.
Fischer menjelaskan, tikus lumpuh yang menerima pengobatan, mulai berjalan setelah dua hingga tiga minggu diberikan suntikan stimulus protein perancang. Perawatan tersebut melibatkan penyuntikan pembawa informasi genetik ke otak sehingga menghasilkan protein.
Formula pembawa informasi genetik disebut hyper-interleukin-6. Saat ini, imuwan Jerman sedang menyelidiki apakah hasil temuannya tersebut dapat menjadi pengobatan yang dapat ditingkatkan.
“Kami juga harus melihat apakah metode kami ini berhasil pada mamalia yang lebih besar. Kami akan memikirkan (pengujian) pada babi, anjing, atau primata,” kata Fischer.
Fischer menambahkan, apabila studi pada mamalia yang lebih besar dapat berhasil, timnya mungkin harus memastikan bahwa terapinya juga aman apabila digunakan pada manusia.
“Tapi, itu (terapi kelumpuhan akibat cedera tulang belakang) pasti akan memakan waktu bertahun-tahun,” timpal Fisher.