in ,

Arm Pump, Kondisi yang Sering Pengaruhi Performa Pebalap MotoGP

Para pembalap beraksi di lintasan MotoGP. Foto: Reuters

Banyak pebalap yang mengeluhkan dirinya mengalami arm pump saat balapan hingga mempengaruhi performanya. Secara medis, arm pump adalah kondisi Chronic Exertional Compartment Syndrome.

Banyak pebalap mesti menjalani pengobatan untuk menghilangkan arm pump. Proses pemulihannya pun tidak sebentar dan dapat berdampak juga pada performa di atas motor.

Menurut Mayo Clinic, arm pump merupakan kondisi otot dan saraf yang disebabkan oleh olahraga yang menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan kadang cacat pada otot lengan yang terdampak. Arm pump terjadi karena konsekuensi dari otot lengan yang membengkak karena aktivitas dan menjadi terlalu kencang, dilansir The-race.com.

Otot terbungkus rapi dalam jaringan yang disebut fasia, tidak terlalu fleksibel. Sehingga, ketika otot terlalu banyak berolahraga dipompa dengan darah, tak akan bisa mengalir dengan baik.

Saat otot yang mengembang dihadapkan dengan penghalang yang kokoh, arm pump menjadi setara dengan perban yang dibungkus terlalu erat, memutus aliran darah ke dan dari otot, serta membuat saraf kesemutan dan tidak merespons dengan benar.

Kondisi tersebut membuat lengan menjadi bengkak karena keseleo dan membuatnya keras. Ketika itu terjadi, tangan juga mengalami kesemutan sampai mati rasa, dikombinasi dengan rasa sakit.

Biasanya, arm pump dialami pebalap pada akhir balapan dan ketika itu terjadi, maka kerap membuyarkan konsentrasi pebalap.

“Ketika Anda mulai mengalami masalah arm pump, Anda tidak akan pernah mengalami masalah kecil. Ketika Anda mengalaminya, Anda mendapatkan hal buruk. Dari saat Anda meninggalkan pit, Anda berpikir ‘kapan itu akan terjadi?” papar Sam Lowes.

Sam menuturkan, arm pump akan membuat sinkronisasi antara otak dengan tangan menjadi terganggu. Butuh waktu bagi tangan untuk melakukannya.

“Ini kacau, karena ketika Anda sangat fokus di balapan dan Anda juga merasakannya, membuat balapan terasa sangat lama. Anda berjuang setiap saat, mengorbankan saat-saat berkendara. Sulit untuk memimpin balapan dengan kondisi seperti itu,” ungkap Sam Lowes.

Untuk mengatasi ini, sebagian besar pebalap dengan senang hati mengambil tindakan ekstrem untuk menghindari arm pump. Tindakan tersebut melibatkan fasiotomi, pembedahan yang memerlukan anestesi umum yang membuka lengan, memotong celah di fasia kemudian menjahitnya kembali.

Biaya yang harus digelontorkan para pebalap juga tidak murah. Mereka harus menjalani tindakan tersebut di rumah sakit pilihan khusus pebalap MotoGP, misalnya Rumah Sakit Barcelona Universitari Quiron Dexeus, butuh biaya sekitar 8.000 euro atau sekitar Rp136 juta per lengan.

Terdapat tindakan lain yang lebih ekstrem jika fasiotomi gagal berfungsi, yang membawa berbagai macam komplikasi tambahan. Jika menghilangkan tekanan dengan celah pada fasia tidak berhasil, langkah lainnya adalah menghilangkan seluruh lapisan, prosedur invasif yang membuka masalah lebih banyak bagi pebalap. Operasi tersebut yang menyebabkan performa Cal Crutchlow di sepanjang MotoGP 2020 terganggu.

Solusi untuk menghindari terjadinya arm pump, yakni dengan kerja keras serta latihan. Pebalap motocross disebut minim risiko arm pump. Trek yang menantang dan balapan yang intens membuat pebalap motocross lebih mampu mengatasi masalah fisik dibanding pebalap yang hanya latihan pada  trek aspal.