in

Ilmuwan Internasional Perkuat Bukti Gurun Sahara Pernah Hijau

Gurun sahara. Foto: Istockphoto

Satu lagi riset yang mengungkap bahwa sebagian besar Gurun Sahara ribuan tahun yang lalu memang daratan hijau nan subur. Penelitian terbaru ini dilakukan tim peneliti internasional.

Hasil studi oleh peneliti terbaru ini didapatkan dari analisis kombinasi inti sedimen yang diekstraksi dari Laut Mediterania serta pemodelan komputer iklim, seperti dikutip dari Phys, Senin (1/2/2021).

Ilmuwan menyebut, lapisan dasar laut mampu menceritakan kisah perubahan lingkungan besar di Afrika Utara selama 160.000 tahun terakhir. Agar mendapatk sedimen dasar laut, tim ilmuwan melakukan pelayaranan ke Teluk Sirte Libya.

“Kami menduga ketika Gurun Sahara hijau, sungai-sungai saat itu aktif membawa partikel sedimen ke Teluk Sirte,” ungkap Cecile Blanchet, dari Pusat Penelitian Jerman untuk Geosciences GFZ.

Analisis sedimen tersebut membantu untuk lebih memahami waktu dan bagaimana sungai-sungai berfungsi. Selain itu, memberikan konteks iklim untuk perkembangan populasi manusia di masa lalu.

Melalui metode yang disebut piston coring, para ilmuwan menekan silinder raksasa ke dasar laut dan mampu menemukan lumpur pada kedalaman hampir 9 meter.

Pada lapisan lumpur terdapat partikel sedimen dan sisa-sisa tanaman yang diangkut dari benua Afrika terdekat, misalnya cangkang mikroorganisme yang tumbuh di air laut yang menggambarkan kisah perubahan iklim pada masa lalu.

“Melalui penggabungan analisis sedimen dengan hasil simulasi komputer, kami dapat secara tepat memahami proses iklim untuk menjelaskan perubahan drastis di lingkungan Afrika Utara selama 160.000 tahun terakhir,” jelas Tobias Friedrich, ilmuwan oseanografi Universitas Hawai’i di M?noa

Penelitian yang telah dipublikasikan di Nature Geoscience ini menemukan bahwa ada perubahan kecil pada orbit Bumi dan bertambahnya lapisan es pada kutub yang menyebabkan pergantian fase lembab dengan curah hujan tinggi menjadi periode panjang yang hampir sepenuhnya kering.

Kondisi ini mengakibatkan perubahan drastis pada kondisi kehidupan orang-orang yang kemungkinan menyebabkan perpindahan besar-besaran di Afrika Utara.

Masa subur di wilayah Sahara sendiri berlangsung selama lima ribu tahun dengan kelembaban tersebar di Afrika Utara hingga pantai Mediterania.

“Kami telah menambahkan beberapa potongan penting pada perubahan lanskap Sahara di masa lalu yang membantu untuk lebih memahami evolusi manusia dan sejarah migrasi,” jelas Blanchet.

Blanchet juga menambahkan, kombinasi data spesimen dengan hasil simulasi komputer sangat penting untuk memahami apa yang mengendalikan fase lembab dan kering Afrika Utara di masa lampau.

Penting untuk mempelajari kondisi tersebut, sebab kawasan Afrika diprediksi akan mengalami kekeringan hebat sebagai akibat dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.