Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, mayoritas pegawai kantoran harus bekerja dari rumah (WFH). Namun, kesiapan bekerja dari jarak jauh tak selamanya tanpa kendala.
Sebuah survei telah dilakukan Kantar bersama Dell Technologies untuk melihat kesiapan pegawai dan perusahaan di Indonesia dalam menjalankan WFH. Termasuk melihat indeks kesiapan bekerja jarak jauh untuk jangka panjang.
Survei melibatkan 7.192 responden yang terdiri dari pegawai profesional berusia 18 tahun ke atas. Sebanyak 1.030 di antaranya berasal dari Indonesia. Selain itu berasal dari Malaysia, Singapura, India, Australia, Jepang dan Korea Selatan.
Director, Commercial Client, Dell Technologies, Indonesia and Philippines Martin Wibisono mengatakan, hasil survei ini mengungkapkan WFH bukan hal baru bagi pegawai di Indonesia karena 75% dari responden sebelumnya pernah bekerja jarak jauh sebelum pandemi Covid-19.
“Delapan dari 10 responden, kurang lebih 81% responden menyatakan siap untuk bekerja jarak jauh untuk jangka waktu yang lama,” ungkap Martin dalam media briefing virtual, Rabu (3/2/2021).
Meski sebagian besar menyatakan siap untuk bekerja jarak jauh dalam jangka waktu panjang, namun survei menemukan tiga masalah teknologi utama yang dialami pegawai kantoran saat WFH.
Survei menemukan, 41 persen responden mengkhawatirkan stabilitas jaringan internet saat WFH. Sedangkan 32% karyawan khawatir karena harus menggunakan perangkat pribadinya untuk bekerja dan 28% menemukan hambaan ketika mengakses sumber daya internal perusahaan.
“Misalkan kalau di kantor, kita sudah connect ke jaringan di kantor otomatis kita langsung connect ke intranet. Sedangkan di rumah, kita harus connect ke VPN dulu baru bisa masuk ke jaringan intranet perusahaan yang sifatnya lebih private,” papar Martin.
Berdasarkan tiga kendala tersebut, 42 persen pegawai meminta agar perusahaan menyediakan perangkat dan alat untuk produktivitas kerja mereka. Perusahaan disarankan minimal menyediakan laptop, dan jika memungkinkan, diberikan monitor kedua untuk membantu produktivitas pegawai.
Kedua, sebanyak 39 persen pegawai untuk WFH meminta jaringan internet yang stabil dan bandwidth yang memadai serta 32 persen menginginkan akses untuk sumber daya internal perusahaan agar pekerjaannya optimal.
“Intinya perusahaan harus siap untuk membantu karyawan buat mereka bisa mewujudkan perannya secara profesional dan pribadi secara bersamaan dan lebih efektif,” tuturnya.
“Di manapun mereka bisa bekerja, di manapun tempatnya, intinya adalah bagaimana kita men-define ulang work itu sifatnya seperti apa,” jelas Martin.