in

Google Fasilitasi Orang Tua Tingkatkan Keamanan Anak-anak Berinternet

Anak-anak berinternet. Foto: Thinkstock

Google Indonesia meluncurkan program bertajuk “Tangkas Berinternet” untuk keluarga di Indonesia. Program itu hadir bertepatan dengan Hari Internet Aman Sedunia 2021.

Kepala Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Google Indonesia, Putri mengatakan, Tangkas Berinternet ini adalah sebuah program global Google terkait literasi digital dan keamanan online untuk meningkatkan keamanan berinternet anak-anak.

“Hari ini saya sangat bersemangat mengumumkan program peluncuran Keluarga Tangkas Berinternet,” papar Putri pada webinar yang diselenggarakan di kanal Youtube Google Indonesia, Selasa (9/2/2021).

Melalui situs Be Internet Awesome with Google, Google menyediakan beberapa materi ajar bagi guru dan orang tua, situs tentang literasi digital, dan permainan berbasis web atau Interland guna membantu mengajarkan konsep literasi digital kepada anak-anak.

Pendiri Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa), Diena Haryana mengapresiasi program tangkas berinternet yang diinisiasi oleh Google. Menurutnya, program tangkas berinternet dapat dimanfaatkan orang tua sebagai bekal pola asuh anak di era digital.

“Dengan begitu, ruang maya dapat menjadi tempat yang aman dan bisa dimaksimalkan untuk menggali potensi anak-anak mereka,” tukas Diena.

Putri menuturkan, ada lima prinsip yang diusung Google pada program Tangkas Berinternet ini. Pertama adalah cerdas berinternet, yakni pemahaman anak untuk memilah-milah informasi mana yang layak dan tidak layak untuk dibagikan.

Dalam acara tersebut, koordinator yayasan sejiwa, Andika Zakiy membagikan beberapa tips untuk orang tua dan anak agar cerdas berinternet.

“Tipsnya itu kita harus bisa menjadi pengguna internet yang positif, berpikir dulu sebelum memposting seseuatu, serta jaga dan lindungi privasi diri sendiri dan orang lain,” jelas Andika.

Prinsip kedua adalah cermat berinternet. Inti dari prinsip ini adalah jangan mudah percaya terhadap apa yang ditemui secara online. Orang tua perlu mengajarkan anak tentang bagaimana membedakan informasi yang asli dan palsu.

“Hal ini karena tidak semua hal di intenet itu selalu benar, misalnya ada upaya penipuan online. Orang tua bisa mulai memberitahu anak tanda-tanda umum apabila ia menjadi target penipuan online (scam/phising),” kata Putri mencontohkan.

Prinsip ketiga yakni tanggu berinternet. Anak-anak diarahkan untuk dapat menjaga informasi berharga milik mereka, terutama kredensial akun online milik mereka. Orang tua perlu mengajarkan bagaimana membuat variasi sandi yang kuat supaya akun mereka tidak mudah diretas.

Prinsip selajutnya adalah bijak berinternet, yaitu orang tua diharapkan agar selalu mengingatkan anaknya menggunakan internet untuk hal-hal positif. Selain itu, selalu mengingatkan anak bahwa jejak digital mereka akan selalu ada di sana.

Diena menambahkan, orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Misalnya memberikan contoh pada anak, jika ingin mengunggah konten sebaiknya yang positif, santun, dan menghormati orang lain.

Lebih lanjut Diena mengatakan, orang tua juga perlu menanamkan pada anak pentingnya menjaga citra diri di media social. Misalnya dengan mengunggah konten yang positif, bermanfaat, tidak melakukan cyber-bullying dan sebagainya.

“Misal ketika anak sedang seleksi beasiswa ke luar negeri. Lalu panitia melakukan backgroud check di media sosial dia, maka anak akan dikenal sebagai orang baik dan sebagainya,” jelas Diena.

Prinsip kelima adalah berani berinternet. Orang tua berani dipercaya anak-anak ketika mereka menemukan sesuatu untuk ditanyakan. Karena itu, orang tua juga perlu menanamkan komunikasi terbuka dan sering berdiskusi dengan anak-anaknya.