Sebuah hasil penelitian terbaru mengungkap bahwa anak-anak yang pernah menerima vaksin flu dapat mengurangi risiko gejala Covid-19 yang parah. Hasil studi tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Cureus.
Hasil studi ini disebut sangat menarik bagi peneliti. Hal ini diungkapkan ahli reumatologi anak University Missouri, Anjali Patwardhan.
“Diketahui bahwa pertumbuhan satu virus dapat dihambat oleh infeksi virus sebelumnya,” ungkap Anjali Patwardhan, dilansir Science Alert, Rabu (10/2/2021).
Diketahui, begitu suatu virus menetap di dalam sel, maka virus lain yang berhasil masuk ke dalam sel yang telah terinfeksi itu mungkin tidak dapat merespons dengan cara yang biasa.
Itu berarti, kemampuan virus lain yang masuk ke tubuh, tak bisa maksimal untuk menginfeksi inangnya, karena virus lama yang menginfeksi lebih dulu. Akan tetapi, fenomena ini bisa berarti sesuatu yang baik dan juga bisa buruk.
Dalam studi ini menunjukkan bahwa virus corona jenis SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, diperkirakan memiliki lebih sedikit tumpuan pada beberapa populasi yang telah menerima vaksin lain yang sama sekali tidak terkait. Misal, vaksin influenza atau vaksin pneumokokus.
“Fenomena ini disebut gangguan virus. Hal ini dapat terjadi bahkan saat virus penyerang pertama adalah virus yang tidak aktif, seperti kasus pada vaksin flu,” jelas Patwardhan.
Pada awal pandemi Covid-19, ada kekhawatiran kombinasi Covid-19 dan influenza dapat menjadi ‘twindemic’ pada musim dingin. Dikhawatirkan pandemi dapat memperburuk penyakit musiman, misalnya flu yang dapat menyebabkan lebih banyak kematian.
Untungnya, hal yang ditakutkan ini belum terjadi. Namun, masih ada pertanyaan yang harus dijawab yakni bagaimana virus dan vaksin lain dapat memengaruhi SARS-CoV-2.
Tim peneliti pediatri menilai, setiap kasus positif Covid-19 yang dapat mereka temukan di Arkansas Children’s Hospital System antara 1 Februari hingga 30 Agustus 2020, secara total menunjukkan 905 pasien berusia 20 tahun atau lebih muda.
Peneliti kemudian menganalisis seberapa sakit pasien tersebut, bagaimana status vaksinasi mereka, khusus untuk vaksin flu dan pneumokokus.
Ditemukan, anak-anak yang telah menerima vaksin influenza pada musim itu memiliki kemungkinan lebih rendah terkena kasus Covid-19 yang parah, dibanding anak-anak yang tidak menerima vaksinasi influenza.
Hasil serupa juga terlihat terhadap anak-anak yang telah divaksinasi penuh untuk melawan penyakit pneumokokus. Pasien yang telah menerima vaksin pneumokokus, kemungkinan lebih rendah mengalami gejala Covid-19 yang parah.
“Berdasarkan pengamatan kami, kami menyimpulkan bahwa insiden Covid-19 yang lebih tinggi pada populasi minoritas mungkin juga mencerminkan tingkat vaksinasi influenza pneumokokus yang rendah, selan dari ketidaksetaraan kesehatan,” ungkap tim peneliti dalam makalah itu.
Meski begitu, para peneliti mengatakan bahwa tidak ada satu pun dari vaksin ini yang menjadi peluru perak. Karena mereka melihat perubahan pada beberapa poin persentase. Pada tingkat populasi, angka-angka tersebut dapat menyelamatkan nyawa.
Tim peneliti mengingatkan bahwa anak-anak sudah tidak terlalu rentan terhadap kasus Covid-19 yang bergejala.
“Penelitian pada populasi anak-anak sangat penting, karena mereka memainkan peran penting dalam memengaruhi penularan virus,” jelas Patwardhan.
Patwardhan melanjutkan, dengan memahami hubungan dan koeksistensi virus lain bersamaan dengan Covid-19 dan mengetahui status vaksinasi pada pasien anak, dapat membantu dalam menerapkan strategi yang tepat penanggulangan pandemi Covid-19.