in ,

Rontgen, Mukjizat Medis sebagai Alat Diagnosis Penting Sejak 1895

Foto rontgen. Foto: Shutterstock

Sebuah temuan pada tahun 1895 oleh Wilhelm Conrad Röntgen dijuluki sebagai mukjizat medis. Temuan itu dinamai rontgen yang menjadi teknologi medis dan membantu dokter di rumah sakit, menunjukkan kondisi organ dalam pasien.

Wilhelm Röntgen, yang menemukan alat medis itu tepat pada 8 November 1895 disebut sebagai ilmuwan yang mengubah dunia. Ia menjadi orang pertama yang mengamati manfaat sinar-X, seperti dilansir History, Kamis (11/2/2021).

Temuan ilmuwa asal Jerman ini pada akhirnya bermanfaat di berbagai bidang, utamanya di dunia kedokteran. Rontgen membuat yang selama ini tidak dapat terlihat menjadi terlihat.

Penemuan rontgen awalnya secara tidak sengaja di laboratorium Wurzburg, Jerman. Wilhelm Conrad Röntgen kala itu menguji apakah sinar katoda dapat melewati kaca, ia melihat cahaya yang berasal dari layar yang dilapisi bahan kimia di dekatnya.

Röntgen kemudian menjuluki sinar ini dengan istilah sinar-x, karena sifatnya tidak diketahui. Sinar-x merupakan gelombang energi elektromagnetik yang bertindak serupa dengan sinar cahaya, tetapi pada panjang gelombang sekitar 1.000 kali lebih pendek dari cahaya.

Wilhelm Röntgen kemudian melakukan serangkaian eksperimen di labnya untuk lebih memahami penemuannya itu. Ia pun mengetahui bahwa sinar-x menembus daging manusia, tetapi tidak menembus benda deng zat padat lebih tinggi seperti tulang atau timah dan dapat difoto.

Penemuan sinar-x yang dikenal dengan rontgen pun menjadi alat diagnostik penting dalam kedokteran. Temuan ini memungkinkan dokter untuk melihat ke dalam tubuh manusia untuk pertama kalinya tanpa operasi.

Rontgen pertama kali digunakan di medan perang militer, selama Perang Balkan, tahun 1897, untuk mencari peluru dan patah tulang di dalam tubuh pasien.

Ilmuwan pun menyadari manfaat rontgen, namun belum memahami efek berbahaya dari radiasi yang dihasilkan dari sinarnya. Awalnya, sinar-X dipercaya bisa menembus daging secara tidak berbahaya seperti cahaya biasa.

Dalam beberapa tahun kemudian, para peneliti mulai melaporkan kasus luka bakar dan kerusakan kulit karena terpapar sinar-x. Tahun 1904, asisten Thomas Edison, Clarence Dally, yang telah bekerja secara ekstensif dengan sinar-x, meninggal karena kanker kulit.

Kematian Dally menyebabkan beberapa ilmuwan mulai mengambil tindakan untuk mempelajari risiko radiasi secara lebih serius, tetapi hasilnya belum sepenuhnya dipahami.

Selama tahun 1930-an, 40-an dan 50-an, banyak toko sepatu Amerika menampilkan fluoroskop yang menggunakan sinar-x untuk memungkinkan pelanggan melihat tulang di kaki mereka. Pada tahun 1950-an, praktik ini ditetapkan sebagai bisnis yang berisiko bagi kesehatan.

Atas temuannya, Wilhelm Röntgen diganjar banyak penghargaan, termasuk Hadiah Nobel pertama dalam bidang fisika tahun 1901. Meski begitu, ilmuwan ini tetap rendah hati dan tidak pernah mencoba mematenkan penemuannya.

Saat ini, teknologi sinar-x yang melahirkan penemuan rontgen tak hanya digunakan dalam pengobatan, tetapi juga dalam analisis material dan perangkat seperti pemindai keamanan bandara.