in

Picu Polemik, Kenali Calon Bandar Antariksa di Biak

Ilustrasi landasan peluncuran roket. Foto: Shutterstock

Rencana pembangunan bandar di antariksa di Kabupaten Kabupaten Biak Numfor, Papua, menuai polemik. Sejumlah warga dilaporkan menolak rencana itu, sebab mereka khawatir bisa merusak lingkungan dan membuat penduduk lokal kehilangan tempat tinggal.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebut, SpaceX berniat untuk membangun bandar antariksa untuk lepas landas dan mendaratkan pesawat luar angkasa. LAPAN juga menyampaikan, pembangunan bandar antariksa SpaceX masih sebatas pembahasan untuk tahap awal, lokasi proyek SpaceX masih dipelajari oleh pemerintah Indonesia.

Jika dilihat riwayatnya, bandar antariksa di Biak Numfor bukanlah sebuah hal baru. Pemerintah Indonesia diketahui telah menggagas pembangunan fasilitas antariksa sejak beberapa tahun lalu jauh sebelum berencana kerja sama dengan SpaceX.

Hasil kajian pembangunan bandar antariksa oleh Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa LAPAN menyebut, pembangunan bandar antariksa adalah salah satu amanat yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan.

Bandar antariksa juga telah masuk ke dalam Draft Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan Tahun 2016-2040. Peta Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan Tahun 2016-2040 menjelaskan bahwa pada periode tahun 2036-2040 teknologi peroketan Indonesia diharapkan sudah memiliki program peluncuran roket pengorbit satelit ke orbit rendah/ low earth orbit (LEO).

Berdasarkan teknologi satelit, Indonesia dianggap mampu meluncurkan dan mengoperasikan satelit observasi bumi, telekomunikasi, dan navigasi.

“Pada saat itulah Indonesia harus sudah memiliki bandar antariksa, tidak lagi bergantung dengan negara lain,” ungkap kajian tersebut.

Kajian tersebut menyebutkan, bandar antariksa dibangun di Biak karena LAPAN memiliki aset lahan di Kabupaten Biak Numfor yang berada di desa Saukobye, Biak Utara, sekitar 40 km dari Kota Biak. LAPAN diketahui memiliki lahan seluas 1 juta meter persegi atau 100 hektar di desa Saukobye.

Dipilihnya Biak Numfor sebagai lokasi pembangunan bandar antariksa juga memiliki alsan yang kuat. LAPAN selaku koordinator pembangunan bandar antariksa menilai, Biak Numfor berdekatan dengan ekuator dan langsung menghadap ke samudera pasifik.

Menristek dan Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro menjelaskan, Indonesia merupakan negara yang paling strategis untuk meluncurkan roket termasuk membawa satelit ke luar angkasa karena posisinya tepat di garis khatulistiwa. Menurutnya, roket lebih mudah mencapai orbit jika diluncurkan dari garis khatulistiwa.

Oleh karena itu Biak menjadi salah satu wilayah yang paling potensial untuk dijadikan bandara antariksa. Jatak kawasan itu dengan garis khatulistiwa, yakni -1 dari ekuator.

Bambang juga menyebut, membangun bandar antariksa lebih menguntungkan daripada hanya menciptakan roket. Menurutnys, nilai ekonomi antariksa global diproyeksikan akan meningkat menjadi lebih dari US$1 triliun per tahun pada 2040.

Karena itu, Bambang menilai rencana itu sangat menguntungkan jika Indonesia bisa berpartisipasi dalam sektor tersebut. Bandar antariksa baru dimiliki oleh negara maju, seperti Amerika Serikat, Rusia, Perancis, China, dan India. Namun, stasiun peluncuran antariksa di beberapa negara tersebut jauh dari garis khatulistiwa.

Pada jurnal ‘Pemetaan Elit Politik Lokal di Pulau Biak dan Pengaruhnya Terhadap Rencana Pembangunan Bandara Antariksa’, peneliti Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa LAPAN, Astri Rafikasari menyatakan, suatu bandar antariksa yang berada di khatulistiwa memiliki kelebihan dibandingkan yang berada di wilayah lain jika akan meluncurkan suatu wahana antariksa ke orbit geostationary (GEO).

“Kelebihan dari peluncuran wahana antariksa dari wilayah equator adalah dapat mempercepat laju wahana antariksa yang diluncurkan, dan tetap hemat bahan bakar,” ungkap Astri dalam jurnal tersebut.