in

Studi: Hiu Paus Mampu Sembuhkan Lukanya dengan Cepat

Ilustrasi hiu paus. Foto: Lindsey Dougherty

Peneliti menyebut bahwa intensitas hiu paus mengalami tabrakan dengan perahu saat ini makin meningkat seiring bertambahnya lalu lintas kapal. Hiu dengan ukuran tubuh hingga 18 meter itu pun seringkali mengalami luka robek maupun lecet.

Meski begitu, selama ini tidak banyak yang mengetahui dampak dari cedera tersebut dan bagaimana mereka dapat pulih dari luka tersebut.

Sebuah studi mengungkap bahwa hiu paus mampu menyembuhkan luka dan cedera yang dialaminya dalam waktu yang relatif cepat. Selain itu, hewan satwa laut ini juga mampu menumbuhkan sebagian sirip punggung mereka kembali.

“Temuan dasar tersebut memberi kami pemahaman awal tentang penyembuhan luka pada spesies (hiu paus) ini,” papar Freya Womersley, penulis utama studi yang telah dipublikasikan di jurnal Conservation Physiology, dilansir Science Daily, Jumat (12/3/2021).

Dalam studi ini, peneliti memeriksa foto yang diambil dan diunggah di situs web seperti WildBook oleh ilmuwan, masyarakat, dan pelaku industri pariwisata hiu paus di dua lokasi di Samudera Hindia.

Metode tersebut mambawa tim peneliti untuk membandingkan foto yang diambil tanpa peralatan khusus dari waktu ke waktu dan meningkatkan jumlah data yang tersedia untuk menilai dan memantau bagaimana luka hiu paus berubah.

“Dengan penggunaan metode baru, kami dapat menentukan bahwa hiu mampu sembuh dari cedera yang sangat serius dalam jangka waktu berminggu-minggu dan berbulan-bulan,” jelas Freya.

Peneliti juga menemukan bahwa ada variasi dalam tingkat penyembuhan. Misalnya, cedera yang disebabkan baling-baling membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh daripada jenis luka lainnya.

Oleh karenanya, perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan pengaruh faktor lingkungan dan faktor hiu paus itu sendiri dalam menyembuhkan luka dan cedera yang dialaminya.

Tanda-tanda unik juga terlihat terbentuk di atas bagian yang sebelumnya terluka. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanda tersebut merupakan ciri penting spesies dan tetap ada bahkan setelah terluka.

Inti studi ini adalah menyoroti kemampuan hiu paus untuk menumbuhkan kembali sirip punggung mereka, yang menurut tim peneliti merupakan pertama kalinya tercatat secara ilmiah. Kemampuan penyembuhan tersebut menunjukkan bahwa hiu paus tahan terhadap dampak luka yang disebabkan oleh manusia.

Namun, penulis hasil studi mencatat bahwa kemungkinan masih ada dampak cedera lain yang kurang dapat dikenali pada hewan-hewan ini, misalnya berkurangnya kebugaran, kapasitas mencari makan, hingga perubahan perilaku.

Meski begitu, studi ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang cedera dan dinamika penyembuhan yang bisa menjadi sangat penting untuk pengelolaan konservasi. Misalnya pengelolaan lokasi agregasi hiu paus yang cermat secara musiman di wilayah pesisir di seluruh dunia untuk memastikan spesies hiu ini dilindungi.

“Hiu paus telah mengalami penurunan populasi secara global dari berbagai ancaman akibat aktivitas manusia. Karena itu, sangat penting bagi kita untuk meminimalkan dampak manusia terhadap hiu paus dan melindungi spesies yang paling rentan, terutama di tempat interaksi hiu yang tinggi,” harap Freya.