Riset terbaru mengungkap bahwa tubuh manusia membutuhkan jauh lebih sedikit cairan setiap harinya dibanding hewan primata. Jika rata-rata manusia memproses tiga liter atau sekitar 12 gelas air dalam sehari, makhluk simpanse, bonobo, dan gorila yang tinggal di kebun binatang memerlukan dua kali lipatnya.
Temuan tersebut mengejutkan peneliti sebab manusia memiliki kelenjar keringat 10 kali lebih banyak daripada simpanse, dan secara keseluruhan jauh lebih aktif daripada kera, seperti dikutip dari Science Alert, Jumat (12/3/2021).
Bukannya manusia kehilangan lebih banyak air, justru kehilangan lebih sedikit. Bahkan setelah peneliti memperhitungkan suhu luar, ukuran tubuh dan tingkat aktivitas, mereka menemukan jika manusia membutuhkan lebih sedikit air untuk menjaga keseimbangan yang sehat.
“Dibandingkan dengan kera, manusia dalam penelitian ini memiliki perputaran air yang jauh lebih rendah dan mengonsumsi lebih sedikit air per unit energi makanan yang diolah,” ungkap peneliti dalam studi yang telah dipublikasikan di Current Biology.
Tim peneliti melibatkan 72 kera yang tinggal di kebun binatang maupun suaka. Selanjutnya, mereka melacak perputaran air harian menggunakan air berlabel ganda yang mengandung deuterium dan oksigen-18.
Dengan air tersebut, tim peneliti dapat mengetahui berapa banyak air yang diperoleh melalui makanan dan minuman dan hilang melalui keringat, urin, dan saluran pencernaan.
Hasilnya tersebut lalu dibandingkan dengan 309 manusia modern yang meminum air berlabel ganda yang sama. Manusia relawan diambil dari berbagai latar belakang gaya hidup, termasuk petani, pemburu-pengumpul, dan pekerja kantoran yang tak banyak bergerak.
Hasilnya, rasio air terhadap energi sekitar 1,5 milimeter untuk setiap kalori yang dikonsumsi. Hasil tersebut sama dengan sejumlah sampel kecil orang dewasa di pedesaan Ekuador yang minum air dalam jumlah banyak karena alasan budaya (lebih dari 9 liter sehari untuk pria dan hampir 5 liter sehari untuk wanita).
Hasil studi tersebut menunjukkan, respons haus tubuh manusia entah bagaimana telah “disetel ulang” dari waktu ke waktu untuk menghemat cairan tubuh. Tim peneliti juga menyebut jika hal tersebut kemungkinan terjadi karena seleksi alam dan manusia akhirnya dapat melakukan perjalanan yang lebih jauh tanpa air.
Hal tersebut memungkinkan manusia untuk berkembang ke lingkungan yang lebih kering dan menemukan lebih banyak makanan.
“Bisa hidup sedikit lebih lama tanpa air akan menjadi keuntungan besar sebab manusia purba mulai mencari makanan di lanskap sabana yang kering,” terang Herman Pontzer, penulis utama studi dan antropolog evolusioner dari Duke University.
Tim peneliti juga menilai, fitur tubuh manusia juga telah berevolusi untuk menghemat air. Berbeda dengan kera, manusia memiliki hidung luar yang dianggap dapat mengurangi kehilangan air saat bernapas.
Hidung yang menonjol pertama kali dalam catatan fosil muncul sekitar 1,6 juta tahun yang lalu bersama dengan munculnya Homo erectus. Sejak itulah, hidung yang menonjol terus menyimpang dari moncong kera yang lebih rata.
“Masih ada misteri untuk dipecahkan, namun jelas manusia sedang menghemat air. Mencari tahu bagaimana kita melakukan itu akan sangat menyenangkan,” harap Pontzer.