Para ilmuwan melakukan langkah antisipasi agar manusia tidak punah di Bumi jika terjadi ‘kiamat’. Langkah itu diwujudkan dengan rencana mengirim ratusan juta sampel sperma dan sel telur ke Bulan dan menyimpannya di sana.
Penitipan sperma dan sel telur ke Bulan ini terinspirasi dari kisah Bahtera Nuh yang mampu menyelamatkan makhluk hidup ketika Bumi dilanda dahsyat yang tidak bisa dihindari.
Rencana ini akan diwujudkan dengan menggunakan tenaga surya untuk menggerakkan bahtera tersebut. Bahtera juga akan dirancang khusus agar secara kriogenik bisa menyimpan sampel benih, spora, sperma, dan sel telur beku dari sekitar 6,7 juta spesies Bumi.
Konsep kendaraan pengangkut sperma telah dipaparkan dalam makalah dan dipresentasikan dalam IEEE Aerospace Conference. Gagasan ini adalah karya peneliti Universitas Arizona Jekan Thanga dan mahasiswanya.
“Bumi secara alami adalah lingkungan yang tidak stabil,” jelas Thanga, seorang profesor dirgantara dan teknik mesin Universitas Arizona, dilansir CBS News, Senin (22/3/2021).
Thanga membeberkan, potensi letusan vulkanik dahsyat menjadi salah satu alasannya menggagas pembangunan ‘Bahtera Nuh’ baru. Ia mengungkapkan, letusan supervolcano seperti yang terjadi di Danau Toba, Indonesia, puluhan ribu tahun kemudian bisa kembali terjadi. Letusan tersebut telah menyebabkan periode pendinginan 1.000 tahun.
Thanga juga khawatir dengan dampak perubahan iklim. Fenomena tersebut berkontribusi terhadap naiknya permukaan laut. Selain itu, pandemi global yang mematikan dan perang nuklir skala besar turut menjadi alasan perlunya menyelamatkan makhluk hidup yang ada di Bumi dengan mengirimnya ke Bulan.
Dikutip dari A News, para ilmuwan mengaku Bulan tidak layak dihuni. Akan tetapi, penelitian menyebut Bulan memiliki ratusan jaringan tabung lava yang bisa menyimpan sampel-sampel makhluk hidup dari Bumi. Wilayah tersebut sangat dingin dan tidak memiliki gangguan hingga ratusan tahun.
Jaringan tabung lava Bulan berdiameter sekitar 100 meter. Kawasan tersebut tak tersentuh selama sekitar 3 miliar hingga 4 miliar tahun, karena itulah dinilai dapat memberikan perlindungan dari radiasi matahari, mikrometeorit, dan perubahan suhu permukaan.
Meski begitu, Thanga menyebut perlu lebih banyak penelitian tentang bagaimana membangun dan mengoperasikan bahtera. Selanjutnya perlu ada penelitian lanjutan tentang bagaimana benih yang diawetkan dapat dipengaruhi oleh kurangnya gravitasi hingga menyempurnakan rencana komunikasi dasar dengan Bumi.
“Yang membuat saya kagum dengan proyek seperti ini adalah proyek tersebut membuat saya merasa seperti kita semakin dekat untuk menjadi peradaban luar angkasa, dan ke masa depan yang tidak terlalu jauh di mana umat manusia akan memiliki basis di bulan dan Mars,” beber Álvaro Díaz- Flores Caminero, mahasiswa doktoral Universitas Arizona.