Snowdrop, sebuah drama menuai sorotan perbincangan hangat terutama di Korea Selatan (Kosel). Film ini disebut mendistorsi dan mengecilkan peran gerakan pro-demokrasi di Korsel.
Alasan itu menyebabkan publik di negara tersebut membuat petisi untuk menghentikan film tersebut. Sebenarnya, drama tersebut masih dalam proses syuting. Bahkan, sinopsis resminya belum dirilis.
Kronologi kontroversi berawal dari penghentian drama Joseon Exorcist. Kasus itupun merambat ke drama sejumlah film yang sedikit menyinggung sejarah Korea seperti Mr. Queen dan Snowdrop.
Hanya saja Mr. Queen sudah tamat tayang, sementara Snowdrop bahkan belum merilis synopsis. Sejumlah netizen Korea disebut-sebut mulai ‘menyelidiki’ dan menyoroti bagian dari sinopsis tak resmi Snowdrop yang produksi JTBC.
Sinopsis itu disebut menampilkan sosok pria sebagai bintang utama film itu merupakan mata-mata yang menyusup ke dalam gerakan aktivis yang mayoritas pelajar. Sementara karakter lainnya adalah kepala tim Badan Perencanaan Keamanan Nasional (NSP) yang digambarkan sebagai sosok yang lugas dan adil.
Untuk diingat, Korsel pernah mengalami situasi politik yang panas dan mencekam pada tahun 1980-an. Puncak situasi itu terjadi pada 1987, saat gerakan prodemokrasi semakin mencuat untuk melawan rezim otoriter.
NSP disebut merupakan bagian dari rezim otoriter yang dilawan para aktivis kala itu. Penggambaran film yang ikut dibintangi Jisoo BLACKPINK itu sendiri dianggap justru merendahkan gerakan prodemokrasi yang berjasa membuat Korsel menjadi republik seperti di masa sekarang.
JTBC selaku stasiun televisi yang memproduksi film dengan cepat mengeluarkan pernyataan saat petisi menolak Snowdrop mulai ditandatangani. Mereka menyebut, penilaian terhadap film yang digarapnya didasarkan atas dasar bocoran sinopsis yang tidak lengkap di media sosial.
Hal itu dianggap pihak JTBC memunculkan spekulasi dari netizen yang dianggap di luar konteks menilai drama itu terkait sejarah pergerakan Korea Selatan di tahun 1980-an. JTBC pun menegaskan bahwa Snowdrop bukan drama yang meremehkan gerakan pro-demokrasi dan mengagungkan NSP dan mata-mata.
JTBC mengklaim, Snowdrop adalah drama komedi satir yang menyindir situasi pemilihan presiden dengan latar belakang rezim militer pada 1980-an. Film ini pun menampilkan kisah cinta sepasang muda-mudi yang menjadi korban pada saat itu.
Meski begitu, petisi tetap dimunculkan sebab Snowdrop dinilai mendistorsi sejarah pergerakan demokrasi di Korsel. Apalagi, banyak mahasiswa yang disiksa hingga ada pula yang terbunuh demi memperjuangkan demokrasi kala itu.