Para arkeolog menemukan mumi burung beo di Gurun Atacama, Amerika Selatan. Hal tersebut terungkap dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Studi tersebut melakukan tinjauan jalur perdagangan. Hasilnya, terdapat bukti temuan burung beo dan makaw antara tahun 1100 dan 1450 Masehi di wilayah Gurun Atacama. Kedua burung tersebut bukan asli dari wilayah tersebut.
Yang unik, para arkeolog menemukan bulu dan mumi burung tersebut dalam konteks penguburan dan diawetkan dalam kotak kulit atau bahan pelindung lainnya di situs arkeologi.
“Bulu tropis sering ditemukan di sini dalam kondisi apapun. Memungkinkan untuk pelestarian sebab ini merupakan simbol kekayaan yang sangat penting,” beber José M. Capriles, asisten profesor antropologi di Pennsylvania State University, Amerika Serikat, dilansir Pshy, Jumat (2/4/2021).
Dalam penelitian, arkeolog mempelajari 27 sisa-sisa bagian dari mumi burung makaw merah dan burung beo Amazon dari lima situs yang ada di gurun Atacama. Sebagian dilindungi dan diawetkan di dalam kotak. Hal ini menandakan nilai barang yang berharga.
Di masa lalu, mumi burung juga pernah muncul di kawasan tersebut, dengan spesies yang sama dan diangkut melintasi pegunungan Andes dengan ketinggian lebih dari 10.000 kaki. Perlintasan tersebut adalah jalan yang sulit dan sangat dingin.
Untuk melakukan riset, tim peneliti melihat koleksi museum dan mempelajari sisa-sisa burung yang ditemukan dari tahun 1000 sampai 1460 M, dimulai pada akhir kerajaan Tiwanaku dan tepat sebelum Inca datang melalui wilayah tersebut.
Peneliti menganalisis dengan metode zooarchaeological, merekonstruksi makanan isotop, peninggalan radiokarbon dan uji DNA purba, mereka pun menghasilkan katalog makaw merah dan memetakan lima spesies burung beo lainnya.
Para peneliti juga menemukan bahwa burung-burung tersebut memakan makanan yang sama dengan para petani pemilikna.
Hasil riset lainnya menujukkan, selama berabad-abad lalu penduduk di Atacama kerap mencabut bulu burung dalam keadaan masih hidup. Selain itu, posisi mumi burung tidak biasa, sebab diawetkan dengan mulut terbuka dan lidah keluar atau sayap terbuka lebar.
“Kami sama sekali tidak tahu mengapa mereka dimumikan seperti ini,” ungkap Capriles.
“Jelas bahwa orang-orang sangat menghargai burung-burung ini dan begitu pula kami sebab sisa-sisa mereka memungkinkan seseorang untuk mengungkap ke masa lalu dan melihat hubungan manusia dan hewan,” tambah Capriles seperti dikutip IFLScience.