Sejumlah hewan telah berevolusi untuk menghindari predator dengan cara yang cukup berisiko namun kreatif, yakni pura-pura mati. Secara ilmiah perilaku tersebut disebut merupakan thinatosis atau imobilitas tonik.
Beberapa hewan itu mulai dari ular, invertebrata, burung, ikan, hingga mamalia melakukan trik tersebut. Namun hewan terpandai membuat tipuan kematian mereka mungkin adalah Opossum Virginia Amerika Utara.
Kala berpura-pura, beragam gaya ditunjukkan hewan mulai dari membuka mulut, menjulurkan lidah, mengosongkan usus, serta mengeluarkan cairan bau busuk untuk meyakinkan predator telah mati. Selain itu babi Guinea dan banyak spesies kelinci berpura-pura mati seperti halnya sejumlah ular.
Sementara dari kelompok Avian, termasuk di dalamnya adalah burung puyuh Jepang, ayam domestik, dan bebek liar. Bahkan hiu pun melakukan trik pura-pura mati dengan memperlihatkan kesulitan bernapas.
Hal serupa juga terjadi pada serangga sesaat setelah predator menangkapnya, perilaku ini disebut dengan imobilitas pasca kontak. Salah satu contohnya adalah Euroleon nostras yang dapat pura-pura mati selama 61 menit.
Imobilitas pasca kontak berbeda dengan perilaku tetap tenang. Pada Imobilitas pasca kontak terjadi perubahan fisiologis yang tak disengaja seperti memperlambat detak jantung.
Tetapi ternyata pura-pura mati tak hanya bertujuan untuk menghindari predator. Namun, hewan pura-pura mati juga untuk menghindari kematian saat kawin, seperti dikutip dari National Geographic, Kamis (29/4/2021).
Contohnya saja laba-laba perawat. Dalam ritual kawin, betina sering memangsa jantan setelahnya. Namun untuk mengindari kejadian tersebut, jantan akan mengikatkan makanan pada tubuhnya dan ia pura-pura mati.
Saat betina memakan makanan di tubuh jantan, maka jantan akan hidup kembali dan mencoba kawin lagi. Terkadang usaha itu menurut Trine Bilde, profesor biologi di Aarhus University di Denmark, membuahkan hasil.
“Pura-pura mati tampaknya juga merupakan upaya untuk kawin, bukan hanya sebagai strategi menghindari predator. Atau bisa jadi memang memiliki kedua fungsi tersebut,” terang Bilde.
Sementara contoh lainnya menunjukkan, kalau pura-pura mati dapat berguna pula untuk mendapatkan pasangan atau mangsa. Itu terjadi pada ikan Cichlid Amerika Tengah. Ikan tersebut berpura-pura mati di dasar danau untuk memikat ikan dan mangsa lain.
Saat ikan lain datang untuk menggigit bangkai, ikan Cichlid yang pura-pura mati itu terbangun dan menyerang. Demikian pula, kerapu sisir Brazil memalsukan kematiannya sendiri untuk menarik ikan muda.
Pura-pura mati terbilang pertahanan yang terakhir dan berisiko, sebab hewan yang berpura-pura tetap berpotensi untuk dimakan oleh predator. Meski tak menutup kemungkinan juga hewan kemudian berhasil melenggang selamat.
Sebuah pengamatan pada rubah merah di tahun 1975 jadi buktinya. Peneliti mengamati rubah merah di penangkaran memangsa lima spesies bebek yang berbeda.
Bebek-bebek itu sebagian besar akan berpura-pura mati saat tertangkap predator. Rubah yang telah berhasil menangkap kemudian membawa bebek kembali ke sarang untuk dimakan nanti.
Rubah berpengalaman tentu tahu untuk segera membunuh bebek, tetapi rubah yang tak berpengalaman akan meninggalkan bebek tanpa mengetahui jika mangsa yang ditangkapnya hidup kembali dan melarikan diri.