Bluetooth menjadi salah satu fitur krusial yang wajib ada di smartphone, PC, atau perangkat wearable device. Secara umum, Bluetooth merupakan teknologi konektivitas jarak pendek tanpa kabel (wireless), yang berfungsi sebagai piranti pengirim dan penerima sejumlah data atau file.
Bluetooth mampu digunakan untuk mengirim dokumen berupa gambar, audio, video, dan data lainnya dari satu perangkat ke perangkat yang lain. Saat ini, fungsi Bluetooth semakin luas karena semakin banyak perangkat nirkabel yang mesti terkoneksi dengan perangkat lain lewat sambungan Bluetooth.
Namun, pernahkah bertanya-tanya mengapa teknologi itu dinamakan “Bluetooth”? Yang jika diartikan secara harfiah dalam bahasa Indonesia, berarti gigi biru.
Nama “Bluetooth” ternyata terinspirasi dari sejarah Skandinavia dan logo ikoniknya pun memiliki arti tersembunyi. Coba perhatikan secara detail logo Bluetooth. Logo tersebut sejatinya adalah dua huruf rune Younger Futhark, yakni “Hagall” (H) dan “Bjarkan” (B) yang digabung menjadi satu.
Younger Futhark atau yang dikenal pula dengan sebutan rune Skandinavia adalah alfabet rune yang terdiri dari 16 karakter. Rune ini ditemukan di Skandinavia dan pemukiman zaman Viking yang ada di luar negeri yang digunakan sekitar abad ke-9 dan seterusnya.
Jika dicocokan dengan alfabet saat ini, dua huruf tersebut merujuk pada huruf “H” dan “B” yang merupakan inisial dari King Harald “Blatand” Gormsson. Ia merupakan Raja Viking yang menguasai Denmark dan Norwegia dari tahun 958-985.
Salah satu pencapaian terbesar dalam riwayat King Harald Gormsson adalah menyatukan Denmark dan Norwegia di bawah kekuasaannya.
“Blatand” sendiri merupakan bahasa Denmark yang berarti gigi biru atau dalam bahasa Inggris “bluetooth”. Mengapa dijuluki demikian? Dokumen pertama yang merujuk asal muasal panggilan “Blatand” kepada Raja Viking, ditemukan di karya Chronicon Roskildense (sejarah Roskilde) yang ditulis dalam Bahasa Latin.
Dalam dokumen tersebut diceritakan bahwa Harald “Blatand” dikenal memiliki gigi mati yang berwarna biru keabu-abuan yang sangat gelap. Dari ciri khasnya itulah, julukan “Blatand” alias si gigi biru disematkan kepada Harald.
Berabad-abad setelahnya, tepatnya pada 1996, tiga petinggi dari pemimpin industri teknologi saat itu berkumpul. Mereka adalah perwakilan dari Intel, Ericsson dan Nokia. Saat itu, ketiganya membicarakan standarisasi teknologi radio jarak pendek untuk mendukung konektivitas dan kolaborasi antara produk dan industri yang berbeda.
Di tengah-tengah diskusi, perwakilan Intel, yakni Jim Kardach mengusulkan nama “Bluetooth” sebagai kode sementara teknologi itu. “King Harald ‘Bluetooth’, dikenal karena menyatukan Skandinavia, seperti kita yang ingin menyatukan industri PC dan seluler dengan tautan nirkabel jarak pendek,” ungkap Kardach kala itu, dirangkum KompasTekno dari blog resmi Bluetooth.