in

Kala Masyarakat Lebih Memilih Belanja Masker Dibanding Baju Lebaran

Ilustrasi. Survei menemukan, masyarakat tak lagi menaruh minat tinggi untuk belanja baju lebaran di tengah pandemi Covid-19. Foto: IStockphoto

Momen lebaran biasanya jadi alasan sebagian orang untuk membeli baju baru. Tapi, bagaimana dengan lebaran di tahun 2021, yang masih suasana pandemi Covid-19?

Berdasarkan survei yang dilakukan Jajak Pendapat (Jakpat) bersama dengan ShopeePay menemukan adanya penurunan minat terhadap kebiasaan belanja baju bedug. Kebutuhan belanja baju baru justru menduduki posisi keempat di antara kebutuhan Lebaran lainnya.

Kebutuhan belanja baru baru justru dikalahkan dengan belanja makanan dan minuman di posisi pertama dengan persentase 94 persen. Pada posisi kedua diisi oleh minat untuk membeli kebutuhan memasak dan kebutuhan rumah tangga lainnya sebesar 78 persen.

Yang menarik dan cukup mengagetkan adalah minat untuk belanja alat penunjang kesehatan yang duduk di posisi ketiga. Sebanyak 58 persen responden mengaku sibuk berbelanja alat dan produk kesehatan.

Kebutuhan belanja akan produk kesehatan ini bahkan mengalahkan minat belanja baju Lebaran yang hanya meraih persentase 45 persen.

“Mungkin ini dilatarbelakangi karena kita lagi pandemi Covid-19, sehingga lebih banyak yang peduli dengan alat kesehatan,” ujar Head of Research Jakpat, Aska Primadi, dalam sebuah diskusi daring, Senin (26/4/2021).

Pada posisi kelima ada minat belanja produk skincare sebesar 31 persen. Diikuti kemudian dengan kebutuhan hiburan seperti tiket atau voucher gim, serta biaya online streaming di posisi keenam dengan 21 persen.

Sisanya, masyarakat lebih tertarik untuk melakukan investasi daring (17 persen), membeli tiket untuk mudik (15 persen), mengikuti pendidikan atau kursus secara virtual (10 persen), dan membeli tiket wisata dalam kota (4 persen).

Survei sendiri dilakukan terhadap 1.214 responden yang tersebar di sejumlah kota besar seperti Jabodetabek, Bandunng, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Tak hanya itu, survei juga menemukan bahwa sebagian masyarakat kini lebih memiliki belanja daring (58 persen) ketimbang pergi ke toko langsung (42 persen).

Meskipun tren belanja online sudah mulai meningkat, namun angka 42 persen orang lebih memilih belanja offline jadi perhatian khusus. Aska mengatakan hal ini bisa jadi dikarenakan orang-orang tetap ingin melihat produknya secara fisik, dan menilainya secara pribadi, bukan berdasarkan review orang lain.

“Meskipun belanja online lebih disukai, namun belanja offline juga cukup tinggi peminatnya. Ini bisa jadi disebabkan karena mereka ingin ada experience sendiri yang hanya bisa didapatkan kalau belanja langsung ke toko,” ujar Aska.

Namun, belanja daring tetap jadi pilihan banyak orang. Berbagai promo dan diskon menarik yang ditawarkan toko daring ditengarai sebagai faktor yang melatarbelakanginya. Ditambah, konsep belanja daring bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.