Ilmuwan mengidentifikasi burung hantu subspesies Borneo dari jenis Rajah scops (Otus brookii) untuk pertama kali dari hutan pegunungan di negara bagian Sabah, Malaysia setelah lebih seabad menjadi misteri.
Penemuan tersebut dilaporkan para ilmuwan yang diunggah melalui jurnal The Wilson Journal of Ornithology. Laporan mengungkap dokumentasi dari burung hantu yang keberadaannya pertama kali terlacak pada 1892 dan setelah itu menghilang.
Sejak ditemukan lebih dari satu abad lalu, peneliti tidak berhasil menangkap Rajah scops menggunakan lensa kamera di alam liar. Baru pada 2016, sekelompok peneliti mendokumentasikan kemunculan Otus brookii.
Lebih dari 100 tahun lalu, subspesies Borneo dari Rajah scops-owl (Otus brookii) itu teridentifikasi di pegunungan Sabah, Malaysia pada ketinggian 1.650 meter.
Pada 4 Mei 2016, penemuan kembali burung hantu Rajah Kalimantan (O. b. Brookii) adalah bagian dari studi 10 tahun evolusi sejarah kehidupan burung di Gunung Kinabalu di Kalimantan, Indonesia.
Proyek penelitian yang dipimpin oleh Thomas E. Martin yang merupakan ahli biologi satwa liar dari University of Montana tersebut membutuhkan pencarian sarang secara intensif dan pengumpulan informasi ekologi mengenai burung.
Setelah lebih dari tujuh tahun meneliti, tim ilmuwan tidak sengaja menemukan O.b. brookii. Seorang ahli ekologi burung di Pusat Ekologi Konservasi Biologi Smithsonian (SCBI), Andy Boyce saat itu kebetulan bekerja di laboratorium Taman Nasional Kinabalu.
Saat itu ia diberitahu oleh teknisi bahwa ada burung hantu yang tampilannya berbeda dari burung hantu gunung pada umumnya.
“Ketika saya mendapat telepon tentang ‘burung hantu aneh’, saya berada di laboratorium di taman yang mengukur tingkat metabolisme dan toleransi dingin untuk beberapa spesies umum sebagai bagian dari gelar Ph.D,” papar Boyce seperti dikutip News Mongabay.
Saat sampai di lokasi penemuan, Boyce mendapati hal istimewa. Ia terpesona oleh hal-hal kecil ornitologi dan hal-hal kecil dari burung hantu yang hilang tersebut.
Boyce menuturkan, informasi terkait spesies burung hantu Rajah scops itu tersimpan lama di memori otaknya beberapa tahun. Ia mengatakan sangat senang berada di lokasi ketika spesies langka itu muncul.
Penemuan itu menghasilkan foto pertama dari burung hantu Rajah Kalimantan. Boyce mengatakan temuan itu merupakan perkembangan emosional yang cepat.
“Saya terkejut dan gembira luar biasa karena kami menemukan burung mitos ini, kemudian saya harus mendokumentasikannya secepat yang saya bisa,” kata Boyce.
Burung hantu Rajah scops adalah burung kecil dengan berat 100 gram dan panjang hingga 24 sentimeter. Ia memiliki penampilan yang mencolok dengan bulu rufous, guratan hitam di dada, jambul telinga yang khas dengan sisi dalam putih, dan mata kuning yang tajam.
Berdasarkan informasi di beberapa sumber, burung hantu Rajah scops ekologinya berasal dari subspesies Sumatera (O. b. Solokensis). Status perlindungan burung hantu Rajah scops saat ini terdaftar dalam kategori yang ‘paling tidak diperhatikan’ berdasarkan Red List IUCN.
Tapi hutan yang menjadi tempat tinggalnya justru tengah berada di bawah tekanan deforestasi dan perubahan iklim, yang berpotensi mengancam penyusutan habitat burung hantu tersebut.
Pertemuan dengan burung hantu yang sulit ditangkap itu berlangsung dua jam sebelum akhirnya ia terbang ke bagian hutan lain. Sejak itu, tidak ditemukan lagi spesies burung hantu tersebut.