in

Gempa di Mediterania yang Disebut Terdahsyat dalam Sejarah, Berkekuatan M 8,0

Ilustrasi. Foto: Elite Readers

Gempa yang pernah mengguncang Mediterania pada tahun 365 M disebut sebagai gempa terbesar dalam sejarah. Ilmuwan memperkirakan gempa bumi ini berkekuatan M 8,0 atau lebih.

Hal tersebut diungkapkan dalam penelitian baru, seperti dikutip dari Science Alert, Senin (17/5/2021). Studi sejarah gempa terbesar di Mediterania ini telah dipublikasikan para ilmuwan dalam jurnal AGU Advances.

Studi menunjukkan beberapa asumsi tentang gempa terbesar Mediterania dan warisan seismiknya mungkin benar adanya. Kendati demikian, penemuan dari studi ini berarti dapat memberi perubahan drastis untuk pemodelan gempa dan tsunami di wilayah tersebut di masa kini.

Hingga saat ini, konsensus umum tentang gempa besar Mediterania adalah bahwa zona subduksi Hellenic di bawah Crete atau Pulau Kreta yakni pulau terbesar di Yunani, yang menyebabkan gempa raksasa berabad-abad lalu yang mengguncang Mediterania.

Akan tetapi, ilmuwan menemukan bukti terbaru tentang sejarah gempa Mediterania yang menunjukkan sekelompok patahan normal di lepas pantai barat dan barat daya pulau Kreta diduga berada di balik terangkatnya bentangan luas yang terbuka, menampilkan ‘fosil pantai’ di sepanjang garis pantai di pulau tersebut.

“Temuan kami secara kolektif mendukung interpretasi bahwa gempa bumi dan tsunami yang merusak di Mediterania Timur dapat disebabkan oleh sesar normal, menyoroti potensi bahaya dari gempa sesar normal dari lempeng tsunamigenik atas,” jelas para peneliti dalam studi.

Para peneliti mempelajari garis pantai fosil yang terpapar oleh pengangkatan seismik dan menerapkan teknik penanggalan radiokarbon. Dengan mempelajari beberapa hal tersebut, maka mereka dapat mencari tahu dengan lebih tepat bagaimana tanah bergeser lalu menyebabkan lanskap pecah.

Kenaikan tanah di sekitar garis pantai pulau Kreta ini mencapai ketinggian hingga 9 meter. Naiknya dasar laut ke permukaan itu mengekspos dan membunuh sejumlah organisme laut, yang ditunjukkan dari berbagai fosil pantai di kawasan ini.

Untuk mengungkapkan sejarah gempa Mediterania, para ilmuwan juga mengumpulkan sejumlah fosil, seperti vermetid dan karang, dari total delapan situs di sekitar garis pantai Kreta. Ini memberikan peneliti 32 titik data baru dalam hal usia geologi.

Selanjutnya, dengan pemodelan komputer, maka ilmuwan dapat menyesuaikan tanggal dan lokasi ini dengan kemungkinan aktivitas seismik. Mereka juga mempertimbangkan catatan sejarah gempa bumi di daerah tersebut untuk memperkuat analisis data studi.

Hasilnya menunjukkan bahwa serangkaian gempa pada abad pertama milenium kemungkinan telah meningkat, sebelum gempa legendaris pada 365 M lalu, yang sebelumnya dianggap sebagai penyebab gempa raksasa Mediterania.

Hipotesis baru ini didukung oleh beberapa bukti lain, termasuk ditinggalkannya pelabuhan kuno di Phalasarna sekitar 66 M. Meskipun tim peneliti mengakui bahwa data tersebut sama sekali tidak meyakinkan pada tahap ini.

Dengan kata lain, patahan normal di wilayah tersebut mungkin mampu lebih merusak daripada yang diperkirakan sebelumnya. Artinya, kemungkinan gempa yang yang terjadi bisa jadi jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.

Sedangkan gempa bumi 365 M, tampaknya bukanlah penyebab naiknya dasar laut yang kemudian mengekspor berbagai fosil pantai. Kemungkinan gempa bumi besar itu, berasal dari aktivitas sesar normal, dan bukan zona subduksi Hellenic seperti yang dipikirkan para ilmuwan sebelumnya.

Sementara itu, bahaya dari zona subduksi Hellenic mungkin lebih sedikit dari yang diperkirakan sebelumnya, bahaya dari beberapa kesalahan normal bisa lebih besar dari yang disadari.

Para peneliti ingin melihat lebih banyak pengukuran dan rekaman seismik yang diambil di sekitar wilayah Mediterania, terutama yang jauh dari garis pantai, tempat di mana sebagian besar data dari studi ini diambil.

“Berdasarkan temuan ini dan konsistensi yang lebih baik dengan catatan jangka panjang perluasan kerak di wilayah tersebut, kami mendukung asal patahan normal untuk 365 M dan gempa bumi sebelumnya,” beber para peneliti dalam studi.

“Namun, kami mencatat bahwa perlu lebih banyak penelitian, dan terutama pencitraan geofisika, yang diperlukan untuk memahami secara memadai bahaya tektonik dan seismik dari zona subduksi Hellenic,” timpal para peneliti.