in

Kualitas Harry Kane sehingga Pantas Ditebus Rp3 Triliun di Musim Panas 2021

Pemain Tottenham Hotspur, Harry Kane, melakukan tendangan penalti. Foto: Getty Images.

Menjelang dibukanya bursa transfer musim panas 2021, rumor mengenai bakal hengkangnya Kane dari Tottenham berhembus kencang.

Dilansir ESPN, Kane menyatakan keinginannya untuk pergi saat dirinya melakukan tatap muka dengan CEO Tottenham, Daniel Levy. Kane juga mengaku ingin tetap bermain di Liga Inggris. Artinya, Kane membuka peluang pindah ke klub rival Tottenham yang tergabung dalam The Big Six.

Daniel Levy pusing dibuatnya. Pasalnya, Tottenham Hotspur masih berat hati melepas Harry Kane ke klub sesama Inggris, terlebih ke rival-rivalnya.

Daniel Levy sendiri sejatinya sudah meminta Kane untuk tinggal setahun lagi di London Utara. Sang pemain saat ini masih memiliki tiga tahun tersisa pada kontraknya dengan gaji 200 ribu poundsterling  per pekannya.

Namun, permintaan tersebut segera ditepis oleh Kane yang menyebutkan dalam wawancara terbarunya bahwa masa depannya tak ditentukan oleh siapapun kecuali dirinya.

“Saya yakin bahwa (Daniel Levy) akan menyiapkan rencana sesuai dengan keinginannya, tetapi pada akhirnya itu akan tergantung pada saya dan bagaimana perasaan saya dan apa yang akan menjadi yang terbaik bagi saya dan karier saya saat ini,” beber Kane dikutip dari Evening Standard.

Dengan pernyataan itu, Spurs dan Levy tak bisa berbuat banyak kecuali untuk melepaskan kepergian sang striker di musim panas. Mengingat kontraknya yang masih panjang serta kualitasnya, harga Rp3 triliun menjadi mahar yang diminta The Lilywhites.

Angka tersebut sangatlah besar di saat pandemi masih menerpa beberapa klub. Namun untuk seorang Harry Kane, angka Rp3 triliun menjadi harga yang pantas jika mengingat kualitasnya sebagai seorang striker.

Seiring bertambahnya usia dan pengalamannya, seluruh pecinta sepak bola tentu sepakat bahwa Harry Kane menjadi penyerang komplit terbaik di dunia sepak bola saat ini.

Output yang ia tunjukkan dalam torehan angka tak main-main. 22 gol dan 13 assist di Liga Inggris musim 2020/21 hingga pekan ke-37 menjadi bukti nyata yang tak bisa dipandang sebelah mata.

Sebelum musim 2020/21, Harry Kane hanyalah seorang penyerang klasik bernomor 9 yang bertugas hanya untuk mencetak gol dan memberi ancaman di depan gawang lawan.

Kini, atribut yang ia miliki kian bertambah di mana Harry Kane melengkapi atribut sebagai pencetak gol dengan atribut sebagai kreator sekaligus tumpuan permainan tim.

Tiga atribut ini membuat angka 150 juta euro atau Rp3 triliun menjadi angka yang sepadan untuk mendapatkan jasa Harry Kane.

  1. Atribut Pencetak Gol

Tak ada yang meragukan kapasitas Harry Kane sebagai pencetak gol. Sejak musim 2014/15, torehan golnya di Liga Inggris selalu dua digit.

Sejak 2014/15, Harry Kane tercatat menyumbang 34 persen gol yang dicetak Tottenham Hotspur atau 162 gol dari 478 gol Spurs di Liga Inggris. Kualitas ini sendiri sejatinya sudah pantas membuat Harry Kane dihargai Rp3 triliun.

  1. Atribut sebagai Kreator

Seakan tak cukup dengan atribut mencetak gol, Harry Kane melengkapi Output permainannya dengan kreatifitasnya dalam mencetak assist. Kedatangan Jose Mourinho membantu dirinya mengeluarkan kemampuannya untuk menjadi pelayan bagi rekan-rekannya di Spurs.

Taktik Mourinho yang mengandalkan Counter Attack memaksa Harry Kane untuk turun jauh menjemput bola. Keadaan ini memaksanya untuk sedikit mengalah dan lebih berkorban untuk tim.

Atas pengorbanannya, Harry Kane telah mencetak 13 assist di Liga Inggris 2020/21 sejauh ini atau menjadi yang terbanyak di kompetisi tersebut. 13 assistnya ini juga dua kali lipat lebih banyak dari total assist yang ia miliki dalam dua musim terakhir di Liga Inggris.

  1. Atribut sebagai Pemain yang Kolektif

Pengorbanan Harry Kane yang rela meninggalkan posnya di depan membuatnya menjadi penyalur bola sekaligus tumpuan dari permainan tim. Harry Kane tak hanya andal dalam mencetak gol ataupun memberi assist. Ia melengkapi atributnya dengan permainan kolektif.

Di laga melawan Manchester City di awal-awal musim, Kane menunjukkan atributnya untuk membantu tim dengan bertindak di lini tengah saat Spurs bertahan. Bahkan ia rela melakukan pekerjaan kotor dengan menekel lawan dan tak melepaskan satu tembakan pun ke gawang demi membantu tim meraih kemenangan.

Hanya saja, pengorbanan itu tak selaras dengan Spurs yang gagal memenuhi ambisinya mengangkat piala atau meraih gelar.