in

Inilah Faktor yang Bikin Wanita Berisiko Tinggi Terkena Kanker Ovarium

Kanker ovarium terjadi di ovarium, yakni pada dua kelenjar reproduksi wanita yang menghasilkan sel telur serta hormon wanita estrogen dan progesteron.

Menurut Ketua Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI) Andrijono. Biasanya kanker ovarium stadium dini ditemukan secara kebetulan. Bahkan kanker ini sering kali tidak terdeteksi.

Oleh karena itu, Andrijono mengajak setiap perempuan untuk mewaspadai ancaman kanker ovarium dengan mengenali faktor risiko dan deteksi dini.

“Gejala kanker ovarium sering kali disalahartikan dengan gejala penyakit lain, sehingga sering luput dari perhatian dan baru ditemukan ketika telah mencapai stadium lanjut. Padahal jika dideteksi lebih awal, kanker ovarium dapat ditangani,” kata Andrijono dalam webinar kesehatan, dilansir Tempo, Sabtu (29/5).

Lanjutnya, ada 20 persen dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, dan 94 persen pasien stadium awal bisa hidup lebih dari lima tahun setelah didiagnosis.

Mengingat tidak ada gejala spesifik sebagai penanda awal, dia mengajak perempuan untuk lebih waspada terhadap kanker ovarium. Untuk menyebarkan kesadaran mengenai kanker ovarium, Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI), Indonesian Cancer Information & Support System (CISC) bersama AstraZeneca meluncurkan Kampanye 10 Jari.

Kampanye ini dibuat untuk mengenal enam faktor risiko serta empat tanda kanker ovarium. Yakni riwayat kista endometriosis, punya riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium dan kanker payudara, mengalami mutasi genetik (contoh BRCA), angka paritas rendah, gaya hidup buruk dan pertambahan usia.

Sementara empat tanda kanker ovarium adalah kembung, nafsu makan berkurang, sering buang air kecil dan nyeri panggul atau perut.

Andrijono menegaskan, bila terdeteksi sedini mungkin akan lebih mudah diobati. Maka, hindarilah rasa takut atau ragu untuk memeriksakan diri bila ada keluhan yang dirasakan.