in

Ternyata Beda DNA Manusia dengan Neanderthal Hanya 7 Persen

Manusia Neanderthal. Foto: Telegraph.co.uk

Para ilmuwan telah menemukan cara untuk membandingkan DNA manusia modern dengan DNA Neandethal, nenek moyang yang telah punah. Hasil riset terkait telah tertuang dalam jurnal Science Advances yang tayang Jumat (16/7/2021).

Hasil riset menunjukkan bahwa hanya 7 persen dari genom kita yang unik dan tidak dimiliki nenek moyang kita.

“Presentase (7 persen) cukup kecil,” ungkap Nathan Schaefer, ahli biologi komputasi Universitas California dan rekan penulis makalah baru, dikutip dari AP News, Sabtu (17/7/2021).

“Temuan semacam inilah yang membuat para ilmuwan berpaling dari pemikiran bahwa manusia sangat berbeda dengan Neanderthal,” lanjut Schaefer.

Penelitian ini mengacu pada DNA yang diekstraksi dari sisa-sisa fosil Neanderthal dan Denisovan yang sekarang sudah punah yang berasal dari sekitar 40.000 hingga 50.000 tahun yang lalu, serta dari 279 orang modern dari seluruh dunia.

Para ilmuwan sudah tahu bahwa manusia modern berbagi beberapa DNA yang sama dengan Neanderthal, namun ada bagian genom yang berbeda. Salah satu tujuan dari penelitian baru ini yakni untuk mengidentifikasi gen unik yang hanya dimiliki manusia modern.

“Ini adalah masalah statistik yang sulit. Para peneliti mengembangkan alat berharga yang memperhitungkan data yang hilang dalam genom kuno,” ungkap John Hawks, ahli paleoantropologi di University of Wisconsin, Madison, yang tidak terlibat dalam studi.

Tim peneliti juga menemukan bahwa bagian yang lebih kecil dari genom manusia hanya 1,5 persen. Keduanya unik untuk spesies kita dan dimiliki oleh semua orang yang hidup di zaman sekarang.

Potongan DNA tersebut mungkin menyimpan petunjuk paling signifikan tentang apa yang benar-benar membedakan manusia modern.

“Kami dapat mengatakan bahwa wilayah genom tersebut sangat diperkaya untuk gen yang berkaitan dengan perkembangan saraf dan fungsi otak,” ungkap Richard Green, ahli biologi komputasi University of California, Santa Cruz, salah satu penulis studi.

Tahun 2010, Green membantu menghasilkan draf urutan pertama genom Neanderthal. Empat tahun kemudian, ahli genetika Joshua Akey turut menulis makalah yang menunjukkan bahwa manusia modern membawa beberapa sisa DNA Neanderthal.

Sejak saat itu, ilmuwan terus menyempurnakan teknik untuk mengekstrak dan menganalisis materi genetik dari fosil.

“Alat yang lebih baik memungkinkan kita untuk mengajukan pertanyaan yang semakin mendetail tentang sejarah dan evolusi manusia,” kata Akey memuji metodologi studi baru, yang sekarang berada di Princeton dan tidak terlibat dalam penelitian baru.

Namun, Alan Templeton, ahli genetika populasi di Universitas Washington di St Louis mempertanyakan asumsi penulis bahwa perubahan dalam genom manusia didistribusikan secara acak, dibanding mengelompok di sekitar titik panas tertentu dalam genom.

Temuan ini menggarisbawahi “bahwa kita sebenarnya adalah spesies yang sangat muda. Belum lama ini, kami berbagi planet ini dengan garis keturunan manusia lainnya,” tutur Akey.