Peneliti berhasil mengungkapkan praktik peternakan domba di Timur Dekat kuno. Selain itu, peneliti juga menunjukkan bagaimana mumifikasi alami yang terjadi pada domba.
Hal ini terungkap setelah tim peneliti gabungan yang terdiri dari ahli genetika dan arkeolog berhasil mengurutkan DNA murni dari domba berusia 1600 tahun yang ditemukan di tambang garam Iran kuno, Chehrabad.
DNA tersebut diambil dari potongan kecil kulit dari kaki mumi domba yang ditemukan di tambang tersebut. Studi terkait telah dipublikasikan di jurnal Biology Letters.
Tambang garam Chehrabad dikenal menyimpan bahan biologis yang dapat mengawetkan jaringan lunak yang semestinya mendegrasi jaringan hewan dan DNA. Jadi tak heran saat ditemukan potongan kecil kaki domba itu masih terawetkan dengan baik.
Pengaruh tambang garam juga terlihat pada mikroorganisme di kulit kaki domba. Archaea dan bakteri yang menyukai garam mendominasi profil mikroba, bahkan mungkin juga berkontribusi pada pelestarian jaringan.
“Tambang dengan kadar garam tinggi serta kelembaban rendah tak hanya mengawetkan kulit dan bulu tetapi melindungi DNA dari kerusakan mikroba saprofit yang memakan bahan organik mati dan membusuk,” ungkap Conor Rossi, salah satu penulis studi seperti dikutip dari Live Science, Rabu (21/7/2021).
“Jadi jaringan lunak benar-benar mengering di lingkungan tambang yang ekstrem. Dan ini merupakan kasus yang sangat langka dari apa yang dikenal sebagai mumifikasi alami,” tambah Rossi.
Lebih lanjut peneliti juga menemukan, DNA domba yang dianalisis secara genetik mirip dengan ras domba modern di wilayah Iran yang hidup saat ini.
Hal ini berarti, jika domba modern memiliki hubungan setidaknya sejak 1.600 tahun yang lalu dengan domba yang ditemukan di tambang garam kuno tersebut.
Tak hanya itu, melalui DNA domba, peneliti juga mempelajari apakah domba termasuk dalam jenis domba berbulu atau berekor gemuk. Kedua jenis tersebut adalah ciri penting pada domba karena digunakan dan dihargai secara ekonomi dalam masyarakat Asia dan Afrika.
Dari analisis tim menemukan bahwa jika DNA domba cenderung lebih mengacu pada varian genetik ras berekor gemuk. Hanya saja, sisa mumi hanya sedikit sehingga sedikit bukti empiris yang dapat mengungkap hal lainnya.
Dari pendekatan genetik dan mikroskopis, tim peneliti juga berhasil membuat gambaran bagaimana domba-domba digunakan di masa lalu.
“Studi ini menunjukkan kepada kita bahwa orang-orang Iran era Sasanian mungkin telah mengelola kawanan domba yang dikhususkan untuk konsumsi daging, menunjukkan praktik peternakan yang berkembang dengan baik,” beber Dr Kevin G Daly, dari Trinity’s School of Genetics and Microbiology.