in

Bukti Peradaban Sumbawa Sebelum Letusan Dahsyat Gunung Tambora

Ilustrasi penelitian. Foto: Tangkapan Layar Youtube Balar Bali

Letusan dahyat Gunung Tambora tahun 1815 tercatat sebagai salah satu bencana terbesar dalam sejarah Bumi. Namun mungkin masih banyak yang belum tahu bahwa sebelum meletus, wilayah Tambora yang ada di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki peradaban.

Peneliti Balai Arkeologi Bali, Putu Yuda Haribuana, ada tiga kerajaan yang mendiami sekitar gunung Tambora, yakni Kerajaan Tambora, Pekat, dan Sanggar.

Bukti-bukti keberadaan peradaban tersebut terungkap melalui penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Bali sepanjang 2008-2015 dengan menggunakan metode survei dan eskavasi.

Selama periode waktu tersebut, peneliti menemukan bukti yang mengungkap adanya kehidupan atau peradaban di sekitar Gunung Tambora.

Salah satunya yakni temuan dua kerangka manusia yang sudah terarangkan di situs Tambora. Saat ditemukan, kedua individu tersebut masih berada di dalam rumah mereka.

“Asumsi sementara, mereka tak sempat menyelamatkan diri (ketika Gunung Tambora meletus),” beber Putu Yuda Haribuana, dalam Webinar bertajuk Jejak-Jejak Peradaban Tambora: Secercah Harapan di Balik Bencana, di kanal YouTube Balar Bali, Jumat (30/7/2021).

Sementara bukti lain yang ditemukan yakni sisa-sisa komponen bangunan dari kayu yang juga telah terarangkan. Temuan itu menunjukkan bahwa di lokasi tersebut dulunya terdapat permukiman.

Menurut Putu, sumber daya alam dan letak geografis Tambora juga sangat mendukung terdapatnya sebuah kerajaan, seperti lingkungan hutan dan laut yang berdampingan dengan Tambora.

Bukan hanya itu saja yang ditemukan para tim peneliti. Dari survei di lingkungan Tambora, ahli menemukan bekas benteng maupun pelabuhan yang mendukung teori adanya keberadaan kerajaan itu.

Selain menemukan sisa-sisa permukiman, peneliti juga berhasil menemukan benda-benda yang digunakan penduduk Tambora ketika itu. Seperti botol keramik, mangkuk, cepuk, uang logam Belanda, mata tombak, pisau, bandul, kalung, cincin, dan perhiasan logam lainnya.

Menariknya, temuan-temuan tersebut menjadi bukti bahwa penduduk Tambora sudah melakukan kontak perdagangan dengan dunia luar.

Wilayah Tambora kemudian kembali dihuni lagi sekitar tahun 1907. Orang-orang mulai berdatangan dan menanam kopi di sana. Lahan tanaman kopi pun kala itu mencapai luas 80.000 Hektar.

Meski sudah berhasil mengungkap kehidupan peradaban di Tambora, namun Putu menyebut jika masih banyak hal yang masih bisa diungkap.

“Luas kawasan gunung Tambora kurang lebih 1500 km persegi, sehingga masih banyak yang bisa kita eksplorasi,” ujarnya.