in

Mau Berkomunikasi dengan Lumba-lumba? Bisa dengan Bersiul

Ilustrasi lumba-lumba. Foto: Pixabay

Ilmuwan mengungkapkan bahwa bahasa siul yang biasa dilakukan manusia, bisa menjadi cara untuk berkomunikasi dengan lumba-lumba. Bersiul merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pesan yang dikemas dalam sebuah bahasa.

Sebuah studi yang baru diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Psychology menjelaskan tentang bagaimana bahasa siul manusia bisa menjadi cara untuk mempelajari komunikasi lumba-lumba.

Kendati suara dan cara menyampaikan informasinya berbeda, namun struktur dan atribut dalam siulan manusia dapat memberikan wawasan tentang cara lumba-lumba mengkodekan informasi yang mereka sampaikan dengan cukup kompleks.

Hal tersebut disampaikan oleh salah satu penulis, Dr. Diana Reiss, sekaligus seorang Profesor Psikologi di Hunter College, Amerika Serikat.

Untuk mempermudah memahami pendapat Reiss, penulis utama dalam studi ini, Dr. Julien Meyer, ahli bahasa di Gipsa Lab, Pusat Penelitian Nasional (CNRS) Perancis memberikan contoh bahwa kemampuan pendengar untuk memecahkan kode bahasa siul untuk berkomunikasi dengan lumba-lumba, bergantung pada kompetensi bahasa pendengar, seperti dalam memahami fonem.

Fonem merupakan satuan bunyi yang dapat membedakan satu kata dengan kata lainnya. Namun, gambar suara yang disebut dengan sonogram tidak selalu tersegmentasi atau terbagi oleh keheningan di antara unit-unit kata dalam bahasa siulan manusia.

“Sebaliknya, para ilmuwan yang mencoba memecahkan kode komunikasi siulan lumba-lumba dan spesies siulan lainnya sering mengkategorikan siulan berdasarkan interval diam di antara siulan,” kata Reiss, dilansir dari Phys, Rabu (22/9/2021).

Artinya, peneliti mungkin perlu berpikir tentang bagaimana mereka mengkategorikan komunikasi hewan bersiul berdasarkan sonogram mengenai informasi yang disampaikan secara struktural dalam bahasa siul manusia.

Dua penulis tersebut bersama penulis ketiga, Dr. Marcelo Magnasco, ahli biofisika dan Profesor di Universitas Rockefeller, berencana untuk menerapkan hal ini, bahasa siul, serta ide lain dalam studi mereka guna mengembangkan teknik baru untuk menganalisis komunikasi lumba-lumba.

Mereka akan memanfaatkan data siulan lumba-lumba yang telah dikumpulkan oleh Reiss dan Magnasco dengan basis data yang dihimpun Meyer sejak tahun 2003 tentang bahasa siulan.

Meyer mengumpulkan basis data tersebut bersama dengan CNRS, Collegium of Lyon, Museu Paraense Emilio Goeldi di Brasil, serta beberapa asosiasi penelitian nirbala yang berfokus pada instrumen bahasa siulan.

“Pada data ini, misalnya, kami akan mengembangkan algoritme baru dan menguji beberapa hipotesis tentang struktur kombinatorial,” kata Meyer.

Algoritme baru yang digunakan akan mengacu pada blok bangunan bahasa seperti fonem yang dapat disatukan untuk memberikan makna.

Tidak hanya itu, Magnasco juga mencatat bahwa para peneliti telah menggunakan pembelajaran dan AI (Artificial Intelligence) untuk membantu melacak lumba-lumba dalam sebuah video bahkan untuk mengidentifikasi panggilan lumba-lumba.

Kendati demikian, Reiss kembali berpendapat, untuk memiliki algoritme AI yang mampu menguraikan komunikasi siulan lumba-lumba, penting untuk mengetahui unit minimum suara.

“Kita perlu mengetahui unit minimum suara yang berarti, bagaimana mereka diatur, dan bagaimana fungsinya.” pungkas Reiss.

Perlu diketahui bahwa, sebenarnya gagasan terkait hal ini juga pernah dibahas lebih dari 50 tahun yang lalu.

Gagasan bahwa siulan manusia juga bisa menjadi model bagi mamalia seperti lumba-lumba hidung botol berkomunikasi sudah muncul pertama kali pada 1960-an melalui karya René-Guy Busnel, seorang peneliti Perancis yang mempelopori studi bahasa siul.