Tarsius merupakan primata kecil yang dapat ditemukan di kawasan Asia Tenggara. Tarsius kini menjadi salah satu hewan yang dilindungi karena jumlahnya yang terus menurun.
Tarsius menjadi spesies penting dalam bidang evolusi primata. Binatang berukuran mungil ini disebut memiliki kekerabatan yang sama dengan monyet, kera besar, bahkan manusia.
“Kami mengurutkan tarsier (tarsius) tidak hanya untuk menentukan posisi mereka di evolusi primata, tetapi karena kondisi fisik, anatomi, dan pola makan mereka sangatlah unik,” tutur seorang profesor genetika dan penulis studi senior bernama Wesley Warren, dikutip dari Science Daily.
Mengutip Pariwisata Primata Indonesia karya Supriatna dan Ramadhan, tarsius hidup di sejumlah daerah di Indonesia. Salah satunya di Sulawesi.
“Ada ciri khas tangkasi (tarsius) di Sulawesi bila dibandingkan dengan spesies lain, yaitu adanya rambut warna putih di belakang telinga. Sedangkan rambut penutupnya berwarna abu-abu,” tulis Supriatna dan Ramadhan dalam bukunya.
Selain itu, berikut lima fakta menarik tentang tarsius:
- Disebut fosil hidup
Menurut Supriatna dan Ramadhan, tarsius atau kerap disebut sebagai fosil hidup. Pasalnya, primata berukuran mini ini diketahui telah hidup sejak zaman eosin.
Zaman eosin atau eosen adalah periode geologi yang terjadi sekitar 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan hilangnya reptil raksasa dari muka bumi.
“Primata ini muncul pertama kali pada zaman eosin, yang ditandai dengan bentuk kaki yang unik, menandakan sebagai satwa yang berjalan,” terang Supriatna dan Ramadhan.
- Kepalanya berputar 360 derajat
Secara umum, keluarga tangkasi atau tarsius memiliki mata yang besar dan telinga yang lebar. Ukuran mata dan telinganya terbilang sangat lebar jika dibandingkan dengan ukuran kepalanya yang mungil.
Warna bulu tarsius cukup beragam tergantung masing-masing spesies, dengan tekstur yang lembut dan tebal. Adapun warnanya adalah merah tua, cokelat, atau abu-abu.
Primata purba ini memiliki kemampuan memutar kepalanya hingga 360 derajat. Hal ini memunginkan tarsius untuk melihat ke belakang tanpa berpindah tempat.
- Monyet terkecil di dunia
Menurut Supriatna dan Ramadhan, tarsius merupakan salah satu monyet terkecil di dunia. Panjang tubuhnya hanya mencapai 160 milimeter (mm).
Tarsius memiliki panjang ekor antara 135 mm sampai dengan 275 mm. Berat tubuh primata karnivora ini berkisar antara 75 gram sampai 165 gram per ekor.
Tarsius memiliki kaki yang lebih panjang dari ukuran tubuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan cara gerak tarsius yang lebih sering melompat daripada berjalan.
- Hasilkan gelombang ultrasonik
Dilansir dari Science Daily, primata mungil ini mengeluarkan gelombang ultrasonik yang cukup ekstrim di antara spesies binatang lainnya.
Sebagai binatang nokturnal, tarsius beraktivitas di malam hari. Hewan ini mencari makan berupa serangga saat hari sudah gelap.
Seorang profesor antropologi di Darthmouth bernama Nathaniel Dominy menyebut gelombang ultrasonik yang dihasilkan seekor tarsius hampir setara dengan kelelawar dan lumba-lumba.
- Dapat Ditemukan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Wisatawan dapat menyaksikan tarsius di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul), Sulawesi Selatan.
Dilansir dari Karakteristik Habitat Preferensial Tarsius (Tarsius fuscus) di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung karya Mustari, Amnus, dan Kartono, tarsius yang ada di taman nasional tersebut masuk ke dalam spesies Tarsius fucus.
Spesies ini ditemukan pada ketinggian 75 sampai 360 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ketersediaan makanan dan kondisi vegetasi yang ada di kawasan tersebut disebut mendukung daya hidup dari primata mungil ini.
TN Babul merupakan kawasan konservasi seluas 43. 750 hektare (ha). Pengunjung dapat menemukan beragam satwa dan tumbuhan di kawasan tersebut.