in

3 Teori tentang Kepunahan Dinosaurus dari Bumi

Ilustrasi dinosaurus. Foto: Dok. Lida Xing

Semua orang tentu sudah mengetahui bahwa dinosaurus adalah hewan purba yang sudah punah. Hewan ini punah sekitar 66 juta tahun silam setelah diprediksi menghuni Bumi sekitar 230 juta tahun.

Punahnya dinosaurus telah menarik banyak para ahli untuk menelitinya. Berbagai teori pun bermunculan terkait penyebab dinosaurus bisa punah dari Bumi.

Nah, berikut ini tiga teori tentang kepunahan dinosaurus yang dirangkum dari beberapa sumber beserta uraiannya.

  1. Teori asteroid hantam Bumi

Salah satu teori yang paling terkenal penyebab kepunahan dinosaurus adalah hipotesis Alvarez, yang dilakukan oleh ayah dan anak Luis dan Walter Alvarez pada 1980. Kedua ilmuwan itu mengusulkan gagasan bahwa meteor seukuran gunung telah menabrak Bumi 66 juta tahun lalu.

Bukti kunci mereka adalah jumlah iridium logam yang sangat tinggi yang dikenal sebagai lapisan Kapur-Paleogen, atau K-Pg-zona batas geologis yang tampaknya menutupi lapisan batuan yang diketahui mengandung fosil dinosaurus.

Iridium relatif langka di kerak Bumi tetapi berlimpah di meteorit berbatu, yang membuat Alvarez menyimpulkan bahwa kepunahan massal disebabkan oleh objek luar angkasa.

Teori ini semakin menguat ketika para ilmuwan dapat menghubungkan peristiwa kepunahan dengan kawah tumbukan besar di sepanjang pantai Semenanjung Yucatán di Meksiko, dengan lebar sekitar 93 mil. Kawah Chicxulub tampaknya memiliki ukuran dan usia yang tepat untuk menjelaskan kematian dinosaurus.

Pada tahun 2016, para ilmuwan telah mengebor inti batu di dalam bagian bawah laut Chicxulub. Tim menarik sampel yang membentang jauh di bawah dasar laut.

Penelitian di dalam perut kawan itu menunjukkan bahwa dampaknya cukup kuat untuk mengirim sejumlah batu besar dan gas yang menguap ke atmosfer, dan efeknya bertahan selama bertahun-tahun.

Pada tahun 2019, ahli paleontologi yang menggali di North Dakota menemukan harta karun berupa fosil yang sangat dekat dengan batas K-Pg, yang menangkap sisa-sisa seluruh ekosistem yang ada sesaat sebelum kepunahan massal.

Namun, lapisan-lapisan yang mengandung fosil tersebut mengandung banyak pecahan kaca kecil yang disebut tektites. Kemungkinan gumpalan batuan masuk atmosfer dan menghujani Bumi.

  1. Teori meletusnya gunung berapi

Tetapi ilmuwan lain juga berpendapat bahwa bukti tumbukkan meteor besar tidak dapat disimpulkan punahnya dinosaurus dari Bumi. Kemungkinan besar penyebabnya ialah fenomena dari Bumi sendiri.

Aliran lava kuno di India yang dikenal sebagai Deccan Traps juga tampaknya sesuai dengan waktu akhir Cretaceous, dengan semburan lava besar-besaran antara 60 dan 65 juta tahun yang lalu.

Saat ini, batuan vulkanik yang dihasilkan mencakup hampir 200.000 mil persegi berlapis-lapis yang berada di tempat-tempat setebal lebih dari 6.000 kaki. Peristiwa letusan yang begitu besar menyatu ke langit dengan karbon dioksida dan gas lain yang akan secara dramatis mengubah iklim Bumi.

Dengan begitu teori ini juga mengungkap beberapa petunjuk yang menyebut fenomena vulkanisme lebih cocok. Pertama, beberapa penelitian menunjukkan bahwa suhu bumi berubah bahkan sebelum peristiwa tumbukan yang pernah diungkapkan.

Dikutip CNN, aktivitas gunung berapi disebut sering terjadi di Bumi, dan merupakan penyebab yang “masuk akal” bagi punahnya hewan purba lain. Sementara, hantaman meteor raksasa relatif lebih jarang.

  1. Teori antitesis keduanya

Dikutip National Geographic semakin banyak ilmuwan yang mengungkap misteri prasejarah, ada kemungkinan dinosaurus merupakan penerima imbas dari beberapa fenomena geologis, dengan vulkanisme melemahkan ekosistem yang cukup untuk membuat dinosaurus rentan terhadap meteor yang datang.

Namun gagasan itu banyak bergantung pada penanggalan yang lebih tepat dari fenomena Deccan Traps dan kawah Chicxulub.

Pada tahun 2019, dua studi independen melihat petunjuk geokimia dari lava Deccan Traps menemukan kesimpulan yang berbeda dengan makalah yang menunjukkan peran dari gunung berapi dalam kematian dinosaurus.

Perdebatan itu diketahui berlangsung selama bertahun-tahun, karena para ilmuwan terus menemukan petunjuk baru dan mengembangkan teknik baru untuk memahami masa lalu.