in

Risiko Mengintai Jika Abaikan Tekanan Angin Ban Kendaraan

Mengisi tekanan angin ban. Foto: Otomotif

Pelek merupakan struktur penguat ban. Sama seperti ban, pelek juga menerima hantaman dari permukaan jalan dan akan semakin buruk jika melintasi jalanan rusak, terutama dalam kecepatan tinggi.

Komponen kendaraan satu ini bisa rusak apabila kurang tekanan atau kurang angin. Bahkan pelek yang terbuat dari bahan alloy (baja campuran) juga bisa rusak.

Merujuk Auto2000, pelek akan semakin cepat rusak jika kondisi ban kurang angin. Efek guncangan pada ban kempis akan langsung diterima pelek dengan risiko lebih besar.

Risiko seperti itu juga dikatakan terjadi pada penggunaan ban berukuran lebih tipis dibanding standar. Pengguna mobil diimbau tetap menggunakan ban standar dan menerapkan prinsip safety driving yakni mengurangi kecepatan sebelum menginjak lubang di jalan.

Selain itu pengguna disarankan selalu memastikan tekanan angin pada ban sesuai, rekomendasinya bisa dilihat di petunjuk pemakaian yang biasanya ada di stiker di bingkai pintu pengemudi.

Rutin mengecek kondisi tekanan udara ban perlu dilakukan mengingat tidak semua pengemudi peka bila salah satu atau lebih ban kurang tekanan saat mengemudi.

Pelek rusak sebetulnya masih punya masa toleransi tetap dipakai asal kerusakannya ringan saja, misalnya terbaret.

Tapi berbeda cerita jika kerusakan seperti keretakan atau permukaan pelek sudah tak bulat sempurna. Jika kondisinya sudah sampai demikian pengemudi disarankan segera menggantinya dengan pelek baru.

Mengakali pelek rusak dengan tips perbaikan sendiri tidak dianjurkan sebab konstruksi pelek yang sudah berubah sulit untuk dikembalikan normal.

Jika asal diperbaiki dikhawatirkan mempengaruhi sistem pengendalian dan kenyamanan mobil. Hal itu akan sangat berbahaya, jika diabaikan dapat mengakibatkan kecelakaan.

Pengguna mobil diimbau selalu rutin melakukan pengecekan seluruh ban dan pelek dari potensi kerusakan, termasuk menjalankan proses spooring dan balancing.