Kukang jawa (Nycticebus javanicus) adalah hewan endemik Pulau Jawa yang mendiami wilayah barat dan selatan. Kukang Jawa biasanya ditemukan di hutan primer, hutan bambu, hutan bakau, hingga perkebunan cokelat.
Sayangnya, habitat kukang Jawa semakin menyusut. Saat ini, diperkirakan hanya tersisa 20 persen habitat untuk kukang Jawa.
Awalnya, kukang Jawa dianggap sebagai subspesies dari kukang Sunda (Nycticebus coucang), namun dipisahkan menjadi spesies sendiri pada tahun 2008.
Berikut empat fakta menarik tentang kukang Jawa, dikutip dari New England Primate Conservancy.
- Ukuran kukang Jawa
Kukang Jawa adalah kukang terbesar di Indonesia. Mereka memiliki berat rata-rata 570-690 gram dan panjang tubuh rata-rata 29 cm.
Kukang telah dikenal sebagai hewan yang berumur panjang. Di penangkaran, kukang bisa bertahan hidup hingga 25 tahun, sementara di alam liar, umumnya, kukang hidup selama 20 tahun.
- Ciri fisik kukang Jawa
Kukang Jawa memiliki tampilan fisik yang sangat unik, jika dibandingkan dengan primata lainnya. Fitur mereka yang paling mencolok adalah mata cokelat besar yang membuat kukang Jawa tampak karismatik.
Wajah kukang Jawa berwarna coklat muda atau putih dengan mata yang dibingkai oleh garis-garis coklat tebal yang membentang secara vertikal di wajah mereka, seperti topeng rakun.
Garis-garis tersebut membuat mata kukang tampak lebih besar yang membuat pemangsa yang melihatnya secara sekilas mengira bahwa mereka adalah hewan yang jauh lebih besar.
Tubuh kukang Jawa berwarna krem dan memiliki garis punggung coklat yang mengalir di tulang belakang mereka. Kukang Jawa juga memiliki tangan dan kaki yang terentang panjang sehingga memudahkan mereka untuk mencengkram dahan pohon.
- Makanan kukang Jawa
Kukang Jawa bergantung pada eksudat pohon seperti getah, yang merupakan sumber makanan penting bagi mereka. Selain itu, kukang Jawa melengkapi makanan mereka dengan buah, serangga, kadal, hingga telur.
- Perilaku kukang Jawa
Seperti kukang lainnya, kukang Jawa bersifat nokturnal dan arboreal. Seperti namanya, mereka bergerak dengan lambat dan dapat merangkak di dahan pepohonan.
Dengan geraknya yang lambat, kukang Jawa menjadi sangat rentan terhadap pemangsa sekaligus mereka dapat bergerak diam-diam tanpa terdeteksi pemangsa.
Meski kukang bergerak dengan lambat, mereka juga memiliki kulit yang sangat tebal sehingga gigitan predator menjadi tidak terlalu berbahaya.