in

Sampah Antariksa Bisa Didaur Ulang Jadi Bahan Bakar Roket

Sampah Lbisa diaur ulang jadi bahan bakar roket. Foto: BBC World

Persoalan sampah di antariksa sudah sampai tahap genting. Sebuah perusahaan asal Australia berupaya ikut ambil bagian dalam upaya internasional untuk mendaur ulang sampah luar angkasa yang berbahaya menjadi bahan bakar roket.

Untuk diketahui, orbit tempat bergantung planet kita semakin tersumbat oleh puing-puing dari pesawat ruang angkasa yang sudah tua.

Selain itu, satelit mati dan bagian roket bekas yang meluncur dengan kecepatan hingga 28.000 kilometer per jam, menimbulkan ancaman bagi satelit komunikasi dan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Pada kecepatan tersebut, bahkan sekrup kecil atau noda cat saja bisa menimbulkan risiko bagi fasilitas seperti ISS, serta manusia yang berdiam di dalamnya.

Skenario kasus terburuk adalah tabrakan beruntun antara sampah antariksa yang lebih kecil hingga orbit menjadi tidak dapat digunakan. Situasi ini dikenal sebagai Efek Kessler.

Nah, perusahaan asal Australia Selatan bernama Neumann Space, telah mengembangkan sistem propulsi listrik di luar angkasa yang dapat digunakan di orbit rendah Bumi untuk memperluas misi pesawat ruang angkasa, memindahkan satelit, atau mengorbit ulang sampah antariksa.

Saat ini, Neumann sedang mengerjakan rencana bersama tiga perusahaan lain untuk mengubah sampah luar angkasa menjadi bahan bakar untuk sistem propulsi itu.

Startup asal Jepang bernama Astroscale, telah mendemonstrasikan bagaimana ia dapat menggunakan satelit untuk menangkap serpihan puing di luar angkasa.

Sedangkan Nanorocks asal AS sedang mengerjakan rencana menggunakan robotika canggih untuk menyimpan dan memotong puing-puing itu saat masih di orbit.

Perusahaan AS lainnya, Cislunar, sedang mengembangkan pengecoran luar angkasa untuk melelehkan puing-puing menjadi batang logam.

Selanjutnya, seperti dikutip dari The Guardian, sistem propulsi Neumann Space dapat menggunakan batang logam tersebut sebagai bahan bakar. Sistem mereka akan mengionisasi logam yang kemudian menciptakan daya dorong untuk memindahkan objek di sekitar orbit.

CEO Neuman Space Herve Astier mengatakan, ketika Neumann didekati untuk menjadi bagian dari rantai pasokan untuk melelehkan logam di luar angkasa, dia pikir itu adalah rencana futuristik sekaligus rumit karena tak semudah kelihatannya.

Menurutnya, mendaur ulang sampah, ketimbang menghancurkannya, adalah sebuah dimensi lain yang membawa manfaat lebih. Kini dia yakin rencana futuristik tersebut bisa dilakukan.

“Banyak orang berinvestasi pada teknologi untuk membersihkan sampah luar angkasa. Kebanyakan berpikir untuk memungut dan memindahkannya ke atmosfer lalu membakarnya. Namun ada cara untuk memanfaatkan sampah ini, dan masuk akal dari perspektif bisnis,” sebutnya.