Perjalanan ke luar angkasa oleh manusia sudah dilakukan sejak tahun 1960-an, kosmonaut asal Rusia, Yuri Gagarin adalah orangnya.
Meski ia kembali ke Bumi dengan selamat, namun perlu mengetahui apa jadinya jika manusia terlempar ke ruang hampa udara di luar angkasa?
Kejadian terlemparnya manusia ke luar angkasa kerap dijumpai di berbagai film Hollywood fiksi ilmiah. Namun, skenario tersebut dianggap berlebihan belaka. Sineas hanya ingin menunjukkan jika manusia yang terlempar ke luar angkasa langsung mati kedinginan.
Meski di kenyataan memiliki dampak yang sama, seperti tubuh menjadi dingin, namun efeknya diketahui tak berlebihan seperti tergambar dalam film.
Seorang astronaut yang mengambang tanpa pakaian di luar angkasa bisa dipastikan tak akan bertahan hidup, lantaran kematian akan datang dalam hitungan menit. Cairan pada tubuh manusia akan mendidih dan hidung serta mulut akan membeku.
Luar angkasa adalah ruang hampa tanpa udara. Artinya, tidak seperti di Bumi, tidak ada atmosfer dan tidak ada tekanan yang diberikan oleh molekul udara.
Tekanan atmosfer menentukan suhu di mana cairan akan mendidih dan berubah menjadi gas. Jika tekanan yang diberikan oleh udara di luar cairan tinggi, seperti di permukaan laut di Bumi, maka lebih sulit bagi gelembung gas untuk terbentuk dan naik ke permukaan.
Tetapi karena hampir tidak ada tekanan atmosfer di ruang angkasa, titik didih cairan diketahui berkurang secara signifikan.
“Seperti yang dapat Anda bayangkan, mengingat 60 persen tubuh manusia terdiri dari air, ini adalah masalah serius,” kata Kris Lehnhardt, ilmuwan elemen untuk Program Penelitian Manusia di NASA.
Lebih lanjut ia menjelaskan tanpa adanya tekanan udara, air dalam tubuh manusia akan berubah menjadi gas.
“Intinya, semua jaringan tubuh Anda yang mengandung air akan mulai mengembang,” ujarnya.
Pembentukan gelembung gas dalam cairan tubuh, yang dikenal sebagai ebullism, juga terjadi pada penyelam scuba air yang muncul terlalu cepat karena mereka berpindah dari lingkungan bawah air bertekanan tinggi ke tekanan rendah di permukaan air.
Untuk astronaut tidak mengenakan pakaian, darah darah yang mengalir melalui pembuluh darah mendidih lebih cepat daripada air di jaringan karena sistem peredaran darah memiliki tekanan internalnya sendiri. Tetapi, ebulisme besar-besaran di jaringan tubuh akan terjadi dengan cepat.
Sebuah penelitian tahun 2013 dalam jurnal Aerospace Medicine and Human Performance melihat paparan vakum sebelumnya pada hewan dan manusia menemukan bahwa keduanya kehilangan kesadaran dalam 10 detik, menurut laporan Science Focus.
Kemudian beberapa merasakan hilang kendali pada kandung kemih dan sistem usus mereka, dan pembengkakan di otot menyempitkan aliran darah ke jantung dan otak karena otot-otot membesar bertindak sebagai pengunci uap.
“Tidak ada manusia yang bisa selamat dari kejadian ini, kematian mungkin terjadi dalam waktu kurang dari dua menit,” kata Lehnhardt.
Menurut buku data bioastronautika NASA, ruang hampa udara juga akan menarik udara keluar dari paru-paru manusia. Hal itu menyebabkan kematian pada manusia dalam keadaan sebelumnya terasa lemas beberapa menit, menurut laporan Live Science.