Peneliti menemukan hal yang tak biasa saat sedang melakukan penelitian gunung laut dalam yang terletak sekitar 300 kilometer di lepas pantai California.
Alih-alih menemukan hewan laut yang unik, ahli biologi kelautan Steven Haddock dan pilot (Remotely Operated Vehicle) Randy Prickett yang merupakan anggota ekspedisi Monterey Bay Aquarium Research Institute (MBARI) justru melihat gading mammoth di dasar Samudra Pasifik.
Dalam kunjungan awal mereka tahun 2019 itu, sayangnya mereka hanya mengambil sebagian kecil sampel gading. Namun Juli 2021, mereka akhirnya memutuskan kembali ke lokasi tersebut.
Menggunakan ROV Doc Rickets dan bekerja di kedalaman lebih 3.070 meter, mereka berhasil mengumpulkan seluruh gading sepanjang 1 meter. Tim peneliti juga memastikan, jika gading tersebut milik mammoth Kolombia (Mammuthus columbi) yang telah punah.
“Di laut dalam kami menemukan banyak hewan menakjubkan yang tak percaya hidup di Bumi. Tapi menemukan gading mammoth sejauh ini merupakan hal paling mustahil yang pernah saya alami,” ungkap Haddock, seperti dikutip dari Gizmodo, Kamis (25/11/2021).
Atas temuan tersebut, ilmuwan pun dibuat bingung ketika menyadari jika apa yang mereka temukan adalah gading mammoth.
“Ketika kami sadar bahwa ini sebenarnya adalah mammoth, saya kebingungan membayangkan bagaimana gajah purba itu bisa berada di bawah laut yang terpencil itu,” kata Haddock.
Ia pun mengaku tak percaya bagaimana gading mammoth tersebut bisa berada di dasar laut selama ribuan tahun tanpa hancur atau terkubur, sampai akhirnya para peneliti menemukannya.
Menurut Daniel FIsher, paleontolog Universitas Michigan dan juga salah satu anggota tim investigasi yang terlibat, pengawetan gading mammoth yang belum diketahui umurnya ini dimungkinkan oleh lingkungan laut dalam yang dingin dan bertekanan tinggi.
Gading mammoth yang ditemukan juga punya keistimewaan karena berada di lingkungan berbeda dari hampir semua tempat lain.
“Mammoth lain ada juga yang ditemukan di laut, tetapi umumnya tak dari kedalaman lebih dari beberapa puluh meter,” papar Fisher.
Sulit untuk mengetahui secara pasti bagaimana gading mammoth bisa berada begitu jauh dari pantai.
Namun, bukan berarti itu tak mungkin. Sebab bangkai hewan, baik dinosaurus Kapur atau buaya modern, kadang-kadang akan tenggelam ke dasar laut setelah tersapu ke laut, baik oleh pasang surut, banjir atau tsunami.
Sebuah tim ilmuwan interdisipliner, termasuk ahli paleontologi, ahli genetika, ahli kelautan, dan ahli geokronologi, sekarang berencana untuk mempelajari gading dari berbagai sudut yang berbeda.
CT scan akan memberikan tampilan 3D, mengungkapkan komposisi dan struktur internalnya. Tim juga akan mencoba mengekstrak dan mengurutkan DNA mammoth.
Bersama-sama, teknik ini dapat menjelaskan sejarah, usia, dan garis keturunan hewan tersebut. Yang penting, mereka juga bisa mengungkapkan wawasan baru tentang evolusi dan penyebaran mammoth di Amerika Utara.
Peneliti juga sedang mencoba untuk mempersempit situs potensial di darat yang bisa menjadi tempat mammoth itu berasal.
Sementara kerak mineral pada gading juga dapat menunjukkan berapa lama bagian tubuh mammoth itu berada di dasar laut. Penelusuran arus laut purba dapat menunjukkan titik awal pesisirnya.
“Kami bertanya-tanya apakah gading berasal dari Alaska atau mengambil rute pendek dari pantai California,” tambah Haddock.
Tentu saja semua ini masih asumsi dan peneliti menantikan detail setelah dilakukan studi selanjutnya.