Kita tahu jutaan tahun lalu ada asteroid yang menabrak Bumi dan berdampak pada musnahnya sebagian besar dinosaurus. Tetapi kapan tepatnya asteroid tersebut menghantam planet, itu masih menjadi misteri.
Hingga kini akhirnya, dalam sebuah studi terbaru, peneliti berhasil menguak waktu peristiwa itu terjadi. Penelitian ini dipublikasikan di Scientific Reports.
Mengutip Space, Minggu (12/12/2021) peneliti menemukan jika tabrakan asteroid yang menewaskan dinosaurus terjadi selama musim semi atau awal musim panas di belahan Bumi utara.
Hasil tersebut didapat peneliti setelah melakukan studi di sebuah situs bernama Tanis yang terletak di North Dakota pada 2019.
Dalam studinya, Robert DePalma, penulis utama studi bersama rekan-rekannya ingin menentukan apakah mereka dapat mengetahui penanggalan fosil Tanis secara detail.
Fosil ikan yang kebanyakan berasal dari spesies paddlefish dan sturgeon secara kebetulan menampilkan jenis pola yang sama dengan lingkaran pohon tahunan.
Peneliti kemudian menggunakan sinkroton untuk menganalisis jejak logam yang ditemukan dalam fosil untuk menentukan bagaimana perkembangan hewan itu ketika mati.
Analisis menemukan, bahwa fosil ikan yang ditemukan di situs tersebut mati beberapa jam setelah asteroid besar menghantam semenanjung Yucatan 66 juta tahun yang lalu.
Peneliti juga berpendapat, bahwa fosil ikan menunjukkan dampak tersebut terjadi saat belahan Bumi utara berada di musim semi atau awal musim panas.
Semua ini menurut peneliti masuk akal. Pasalnya, spesies modern sturgeon bermigrasi ke air asin saat musim dingin. Sementara berpindah ke air tawar ketka musim semi dan musim panas. Sedangkan situs Tanis sendiri merupakan sumber air tawar.
“Perilaku hewan bisa menjadi alat bukt yang cukup kuat,” ungkap Loren Gurche, rekan penulis studi.
Selain itu, menurut peneliti, bencana yang terjadi pada musim semi kemungkinan telah memicu lebih banyak kepunahan di belahan Bumi utara daripada di selatan.
Hal ini karena musim semi merupakan periode pertumbuhan dan reproduksi bagi banyak hewan dan tumbuhan. Lalu seandainya asteroid itu menabrak Bumi enam bulan lebih awal, akankah lebih banyak dinosaurus yang selamat? Pertanyaan yang menggelitik bukan?
“Kepunahan dapat menandai akhir dari sebuah dinasti, tetapi kita tak boleh lupa bahwa spesies kita sendiri mungkin tak berevolusi jika bukan karena dinosaurus,” papar DePalma.