Riset menunjukkan bahwa orang utan telah mengalami penyusutan ukuran tubuh yang cukup signifikan selama hampir dua juta tahun. Orang utan purba (Pongo) diketahui berukuran dua kali lipat lebih besar dari yang ditemui saat ini.
Orang utan raksasa dulu tinggal di hutan Asia Tenggara. Saat ini, orang utan hanya ditemukan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Tetapi kerabat mereka yang berukuran super kuno menjelajahi hutan di tempat yang sekarang disebut China Selatan dan Vietnam Utara.
Dilansir dari Science News, fosil-fosil Asia yang terfragmentasi dengan usia yang tidak pasti telah lama menunjukkan bahwa orang utan besar yang sekarang sudah punah ini menyusut seiring waktu.
Terry Harrison, Antropolog Biologi dari New York University menduga, kera dengan cepat berevolusi dari spesies bertubuh lebih besar ke spesies bertubuh lebih kecil kira-kira 400.000 tahun yang lalu seiring dengan perubahan iklim.
Para antropolog melakukan analisis terhadap 600 gigi orang utan purba yang ditemukan di 10 gua di China selatan. Temuan mereka mendukung skenario evolusi yang berbeda. Dari sekitar 2 juta hingga 111.000 tahun yang lalu, sebagian besar bentuk gigi tetap sama.
Temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Human Evolution tersebut mengonfirmasi bahwa semua gigi berasal dari satu spesies orang utan. Tapi ukuran gigi semakin menurun. Diperkirakan sekitar 111.000 tahun yang lalu, rata-rata massa tubuh kera purba hampir 80 kilogram, masih melebihi orang utan modern yang hampir 25 kilogram.
Menggunakan pengukuran gigi, Harrison, ahli paleoantropologi Yingqi Zhang dari Akademi Ilmu Pengetahuan China di Beijing dan rekan memperkirakan bahwa rata-rata massa tubuh orang utan purba mulai sekitar 96 kilogram, hampir dua kali lipat dari orang utan saat ini.
Fosil hewan Asia purba lainnya, termasuk badak dan monyet, juga menunjukkan penurunan ukuran tubuh selama periode yang sama. Kondisi yang lebih dingin dan lebih kering membuat ketersediaan makanan berkurang mulai terjadi sekitar 400.000 tahun yang lalu. Horrison menyimpulkan hal tersebut mungkin telah mendorong tren ke arah tubuh yang lebih kecil.
Tidak jelas kapan orang utan di daratan Asia mati. Tetapi menurut dugaan Harrison, perubahan iklim dan kemungkinan kedatangan manusia di wilayah itu lebih dari 60.000 tahun yang lalu berkontribusi pada kematian mereka.
Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) telah memasukkan orang utan yang tersisa saat ini ke dalam Daftar Merah untuk hewan yang terancam punah.