Federation Internationale de Football Association (FIFA) terus mengkaji wacana Piala Dunia digelar dua tahun sekali. Namun Union of European Football Associations (UEFA) terus jadi yang terdepan untuk menantangnya.
Wacana Piala Dunia yang awalnya digelar empat tahun sekali lalu ‘dipangkas’ jadi dua tahun sekali, sudah bergulir sejak tahun 2020 kemarin. Itu adalah ide FIFA sebagai induk sepakbola dunia.
Dilansir dari Sky Sports, FIFA menilai kalau jangka waktu Piala Dunia empat tahunan cukup lama. Dari sisi pemain, mereka tidak akan punya kesempatan yang cukup untuk membuktikan diri.
Dari segi bisnis, FIFA sudah melakukan studi bersama OpenEconomics. Jika Piala Dunia dilangsungkan dua tahun sekali, maka perputaran uang akan lebih kencang.
Artinya, sepakbola yang akan mendatangkan untungnya ke tiap negara. Tiap negara yang lolos tampil ke Piala Dunia, akan mendapat sponsor dan hak siar.
Presiden FIFA, Gianni Infantino terus melakukan kajian soal Piala Dunia yang akan berlangsung dua tahun sekali. Dirinya menegaskan, ujung-ujungnya demi keadilan bagi seluruh pesepakbola.
“Ada banyak pihak yang tidak setuju, tetapi ada juga banyak suara yang mendukung,” kata Infantino.
“FIFA adalah badan penyelenggara global jadi untuk musim ini kami perlu mencoba menggabungkan semua sudut pandang yang berbeda ini,” sambungnya.
Gianni Infantino mengungkapkan, pihak-pihak yang mendukung rencana Piala Dunia dua tahun sekali berasal dari Afrika dan Asia. Sedangkan pihak yang tidak setuju, paling lantang dari Eropa alias dari UEFA.
Inggris, Jerman, dan Prancis tidak setuju jika Piala Dunia berlangsung dua tahun sekali. Tak ayal, kalender sepakbola di level klub Eropa memang cukup padat tiap musimnya.
Meski begitu, Infantino mengaku kalau FIFA akan mengambil keputusan seadil-adilnya. Demi, sepakbola yang lebih baik.
“Studi menunjukkan kepada kami dengan sangat jelas, bahwa tidak akan ada masalah bagi Piala Dunia (dua tahun sekali) dalam hal dampak ekonomi positifnya. Akan ada beberapa manfaat yang jelas dan nyata bagi ekosistem sepakbola,”
“Kuenya akan semakin besar, dan itu akan memungkinkan kami untuk berinvestasi lebih baik di sepakbola di seluruh dunia,” tutupnya.