Pasca gelaran Piala AFF 2020, Timnas Indonesia tak bisa berlama-lama beristirahat lantaran bakal banyak agenda pertandingan yang harus mereka jalani. Pasca Piala AFF 2020, Shin Tae-yong diharuskan mempersiapkan timnya untuk melaloki beberapa agenda ujicoba yang dijadwalkan oleh FIFA.
Sedianya, agenda tersebut bakal berlangsung pada 24 Januari hingga 2 Februari 2022. Jelang partai persahabatan tersebut, tim pelatih memiliki pekerjaan rumah cukup rumit yakni mempertajam lini serang Timnas Indonesia yang terlihat tumpul sepanjang gelaran Piala AFF 2020.
Hal itu bahkan disampaikan langsung oleh Shin Tae-yong pasca babak final Piala AFF 2020 melawan Thailand beberapa waktu lalu.
“Memang di tim kami posisi yang paling lemah itu striker. Di liga Indonesia posisi striker banyak diisi orang asing yang banyak dipakai,” ucap Shin Te-yong.
Untuk mengatasi hal ini, pelatih asal Korea Selatan tersebut meminta PSSI segera mengurus proses naturalisasi Ragnar Oratmangoen, pemain depan Liga Belanda berdarah Indonesia agar bisa memperkuat Timnas.
Menurut laporan dari eksekutif PSSI, Hasani Abdulgani, upaya menjadikan Ragnar Oratmangoen menjadi WNI masih terus bergulir sampai saat ini. Jika semuanya berjalan lancar, maka Shin Tae-yong selaku pelatih kepala tim Garuda bisa memanggil Ragnar Oratmangoen untuk kualifikasi Piala Asia.
Dengan kedatangan Ragnar Oratmangoen, Timnas Indonesia yang sebelumnya sudah punya beberapa pemain lincah sebagai penyuplai bola di lini depan berpotensi kian tajam di kotak penalti lawan.
Berikut tiga opsi formasi yang mungkin bisa digunakan Timnas Indonesia usai kedatangan Ragnar Oratmangoen:
3-5-2
Formasi pertama adalah 3-5-2. Dengan mengandalkan lima pemain tengah, membuat Timnas Indonesia akan semakin sering melakukan penguasaan bola. Pada taktik ini, Ragnar Oratmangoen bakal ditempatkan sebagai striker.
Namun berbekal kecepatan serta kebiasaan yang kerap bermain melebar di Liga Belanda, Ragnar Oratmangoen mungkin dimainkan pada posisi second striker. Sebagai seorang second striker, Ragnar Oratmangoen bisa lebih leluasa bergerak menjemput bola ke belakang.
Selain itu, kemampuan melepaskan tembakan jarak jauh yang mumpuni, bakal jadi senjata rahasia Timnas Indonesia saat terjadi deadlock.
4-2-3-1
Berikutnya adalah taktik 4-2-3-1, formasi yang hanya membutuhkan satu striker sehingga otomatis pos ini akan ditempati oleh Ragnar Oratmangoen.
Namun bisa juga Ragnar Oratmangoen ditempatkan di posisi sayap, sehingga untuk ujung tombak bakal ditempati Egy Maulana Vikri atau Irfan Jaya yang memang sering dimainkan sebagai goal getter.
Meski bakal jadi striker tunggal, namun peran Ragnar Oratmangoen tidak hanya mencetak gol melainkan jadi pemantul serta pembuka ruang agar para second line dari sisi winger bisa masuk melakukan penetrasi.
Sehingga dalam formasi 4-2-3-1 ini, posisi striker utama tidak selalu pasif di kotak penalti, melainkan bergerak aktif untuk menarik bek lawan, serta mencari posisi ideal untuk menerima umpan-umpan silang.
4-3-3
Terakhir adalah 4-3-3, taktik modern yang mengandalkan tiga penyerang di depan untuk membuyarkan konsentrasi pemain bertahan lawan. Formasi ini mungkin paling cocok diterapkan Timnas Indonesia usai kedatangan Ragnar Oratmangoen.
Bersama Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman, ketiga pemain abroad Liga Eropa ini bisa membentuk trio ujung tombak mematikan.
Sama-sama mampu bermain melebar serta punya kecepatan dalam penetrasi, baik Egy Maulana, Witan Sulaeman serta Ragnar Oratmangoen, bisa saling silih berganti mengisi pos ujung tombak saat bertanding.
Saat bola berada di sisi kanan, dua pemain depan lain bisa bergerak masuk ke kotak penalti dan membentuk duo goal getter untuk menyambut umpan.
Sementara saat bola diterima center striker, giliran dua penyerang dari sisi kanan dan kiri yang masuk ke kotak penalti lawan untuk menunggu umpan dari second line.
Formasi ini juga sangat cocok buat gaya main Shin Tae-yong yang mengharuskan para pemain terus bergerak hingga mendapat ruang untuk menciptakan peluang.