in

Penjelasan Ilmiah sehingga Orang Mudah Tidur Saat Naik Mobil

Ilustrasi anak tidur di mobil. Foto: Shutterstock

Saat perjalanan menuju suatu tempat, sering kali penumpang didapati tertidur pulas di dalam mobil. Sebenarnya mengapa kita mudah mengantuk dan tertidur di mobil?

Dikutip dari Elite Daily, mudah tertidur di dalam mobil dikenal dengan istilah carcolepsy. Secara alami, jika Anda berada di kursi penumpang mungkin ada rasa ketidaknyamanan pada tubuh, tetapi mengingat bukan Anda yang mengemudikan mobil, maka ada rasa nyaman yang muncul karena tidak perlu memerhatikan jalanan di sekitar.

Namun, ini tidak berlaku bagi beberapa orang yang cenderung merasa cemas ketika orang lain memegang kemudi, sehingga mereka akan tetap terjaga di dalam mobil.

Dalam bukunya yang berjudul Traffic and Transport Psychology: Theory and Application, Geoffrey Underwood menjelaskan fenomena ini disebut ‘hipnosis jalan raya’.

Istilah tersebut digunakan untuk penumpang dan pengemudi yang merasa tidak perlu memerhatikan rute perjalanan yang sudah diprediksi dan dianggap monoton. Kendati demikian, Underwood berkata kelelahan fisik juga menjadi salah satu faktor penyebab mudah tertidur di dalam mobil.

Ikutip dari Science Alert, Minggu (8/7/2018) berdasarkan studi yang dipublikasikan di jurnal Ergonomics, rasa kantuk yang muncul saat berkendara berkaitan dengan getaran yang dihasilkan mobil saat bergerak. Faktanya, getaran tersebut dapat menyebabkan kantuk hanya dalam waktu 15 menit.

Menurut para peneliti dari RMIT University di Australia, efek ini merupakan sesuatu yang harus dipikirkan oleh produsen mobil, serta pakar keselamatan jalan. Mereka pun meneliti lebih lanjut tentang bagaimana getaran kursi mobil dapat menyebabkan sesorang tidur pulas.

“Kami telah menemukan, bahwa getaran halus yang dihasilkan kursi mobil saat Anda mengemudi dapat menidurkan otak dan tubuh Anda,” ujar salah satu peneliti, Stephen Robinson.

Sementara itu, Robinson dan timnya telah meneliti 15 orang dan menghubungkannya ke simulator virtual yang dapat digetarkan pada frekuensi yang berbeda. Mereka diuji sebanyak dua kali, pengujian pertama tanpa getaran dan pengujian selanjutnya dengan getaran frekuensi rendah, sekitar 4 sampai 7 Hertz.

Para peneliti pun mengukur variabilitas detak jantung (HRV) peserta selama 60 menit di setiap sesinya, dan mengamati rasa kantuk yang diatur sistem saraf pusat saat lelah.

Kemudian, tim mendapatkan hasil bahwa getaran tersebut memicu rasa kantuk hanya dalam 15 menit. Rata-rata, rasa kantuk itu secara signifikan muncul selama 30 menit. Para peserta penelitian mengaku terus merasa mengantuk hingga tes selesai dilakukan.

“Studi kami menunjukkan getaran yang stabil pada frekuensi rendah jenis (getaran) yang kita alami saat mengendarai mobil dan truk dan secara progresif menyebabkan rasa kantuk bahkan di antara orang-orang yang cukup istirahat dan sehat,” papar Robinson.

Para peneliti menduga bahwa otak tersinkronisasi dengan getaran dan memasuki tahap awal tidur, ini lah yang menyebabkan banyak orang tertidur selama perjalanan panjang.

Walaupun studi ini terbatas, peneliti mencatat bahwa, faktor kelelahan telah menyebabkan satu dari lima kecelakaan lalu lintas. Oleh karenanya, mengetahui hal ini lebih dalam penting untuk dilakukan.

“Penelitian kami juga menunjukkan bahwa getaran pada beberapa frekuensi mungkin memiliki efek sebaliknya dan membantu orang tetap terjaga,” imbuh Robinson.

Sebagai upaya untuk melanjutkan riset tersebut, tim peneliti ingin melakukan tes pada kelompok yang lebih besar dan rentang frekuensi yang lebih banyak.

“Kami juga ingin memeriksa rentang frekuensi yang lebih luas, untuk menginformasikan desain mobil yang berpotensi memanfaatkan ‘getaran bagus’ itu,” pungkasnya.