Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa penyebab cuaca dingin tidak selamanya disebabkan oleh fenomena Aphelion, seperti yang terjadi belakangan ini.
Hal ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Klimatologi BMKG, Urip Haryoko menjawab pesan broadcast atau pesan berantai yang beredar di media sosial beberapa waktu lalu.
Pesan tersebut mengenai cuaca dingin di Indonesia belakangan ini terjadi karena jarak bumi dengan matahari dalam titik terjauh saat periode revolusi atau Aphelion.
Dalam pesan berantai itu pula, dijelaskan bahwa saat berada di titik Aphelion, cuaca di bumi akan cenderung lebih dingin dibanding periode lainnya.
BMKG menilai, informasi terkait penyebab cuaca dingin karena fenomena aphelion yang tersebar dengan sangat cepat itu, cukup meresahkan masyarakat. Karena, sebenarnya fenomena Aphelion ini adalah fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli.
“Fenomena cuaca dingin di beberapa wilayah Indonesia tidak terkait dengan Aphelion,” kata Urip dalam keterangan tertulisnya.
Ia pun menjelaskan, alasan mengapa cuaca dingin di Indonesia saat ini bukanlah akibat dari Aphelion. Saat Aphelion, posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi. Kendati begitu, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan.
“Aphelion tidak berpengaruh signifikan terhadap suhu di bumi. Hal itu (pengaruh suhu di bumi) termasuk pada periode bumi letaknya lebih dekat dengan matahari (Perihelion),” jelasnya.
Sebagai informasi, periode fenomena astronomis Aphelion puncaknya terjadi pada bulan Juli, sedangkan puncak Perihelion terjadi pada bulan Januari ini.
Dengan begitu, kata dia, penyebab cuaca dingin dalam beberapa hari terakhir bukan karena Aphelion, tetapi karena faktor-faktor lain di luar sebab Bumi berada di jarak terjauh dari matahari.
Sementara itu, pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim penghujan dengan masa puncak terjadi pada Februari 2022.
Hal ini menyebabkan seolah fenomena Aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia.
“Padahal pada faktanya, penurunan suhu (yang menyebabkan cuaca atau suhu dingin) di masa pergantian tahun banyak disebabkan faktor di luar itu,” katanya.