in

Cara Kerja Lahan Metaverse: Tak Mungkin Terjadi Sengketa

Logo Meta. Foto: AFP

Pengelolaan lahan garapan di dunia Metaverse dikhawatirkan dapat menjadi rebutan. Namun dapatkah hal tersebut terjadi?

Pakar Metaverse dari Indonesia Digital Milenial Cooperatives (IDM Co-op), MC Basyar menjelaskan cara kerja lahan di dunia Metaverse tidak memungkinkan terjadinya perebutan antar pengguna.

Ia menjelaskan dalam dunia virtual Metaverse tak ada istilah ‘sengketa’ lahan atau klaim sepihak dari pengguna lain.

Basyar menjelaskan bahwa lahan di dunia Metaverse diamankan dalam bentuk aset digital atau Non-fungible token (NFT) berbasis smart contract di blokchain yang tercatat hanya dimiliki satu pengguna.

“Kalau ditanya masalah sertifikat NFT itu sudah mencakup sertifikat karena ada smart contract namanya, itu ketika kita scan tinggal cari di jaringan blockhain, Ethereum, Bitcoin atau yang lainnya,” ujar Basyar dikutip dari CNN, Selasa (11/1/2022).

Kemudian Basyar juga menjelaskan bahwa aset digital di dunia baru tersebut sudah melekat dalam teknologi blockcahin dan memiliki hak kekayaan intelektual yang sifatnya universal.

Sehingga setiap pengguna dapat mengetahui dari mana lahan NFT diciptakan, siapa saja yang mengakses, dan bisa membedakan aset digital itu dengan yang lain.

“Katakanlah dia berada di atas jaringan Ethereum. Ya sudah tinggal ke Google, cari Ethereum scan smart contract-nya dari lahan di metaverse tadi tinggal ditempelin, dan keluar hasilnya,” tutur Basyar.

Basyar juga menjelaskan tentang lahan di Metaverse sepenuhnya berada di dunia berbeda sehingga tidak memengaruhi lahan yang ada di dunia nyata meski memiliki nama yang sama.

Kata dia tidak ada yang perlu dikhawatirkan apabila sebuah peta wilayah di dunia nyata dijadikan aset digital di Metaverse kemudian dijual.

Basyar mengatakan hal tersebut tidak akan mengancam eksistensi sebuah wilayah, karena penjualan peta wilayah dalam aset digital itu hanyalah imajinasi developer atau pengembang yang ingin membuat wilayah layaknya peta asli layaknya di kehidupan nyata.

“Sama seperti misalnya saya bikin akun Facebook dengan nama DI Yogyakarta. Apakah itu mengancam eksitensinya DIY, kan enggak. Cuma bedanya di Metaverse dibuat seperti real life,” katanya.

Lebih lanjut Basyar membahas tentang penggunaan Metaverse secara global yang kian meningkat. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Rusia, Korea dan berbagai negara di Eropa sudah memiliki lahan di Metaverse sebagai aset masa depan.

Sebagai contoh, Basyar mengatakan salah satu kantor lelang terbesar di Inggris telah membeli lahan di platform Metaverse Decentraland. Selain itu, jenama fesyen kenamaan seperti Nike juga telah membeli lahan di Metaverse, untuk melakukan promosi di dunia virtual.

Dunia baru Metaverse diprediksi akan terus berkembang seiring inovasi teknologi, dan tentunya peningkatan pengguna.

Misalnya pada platfrom game yang memungkinkan pengguna dapat berinteraksi dengan lebih nyata dengan pemain lain berkat bantuan perangkat virtual reality (VR), Augmented Reality (AR), dan sejumlah perangkat lain.