Anda mungkin pernah merasa ingin makan terus-menerus saat sedang stres? Kondisi ini disebut makan stres atau makan emosional. Di kala stres, kelenjar adrenal menghasilkan kortisol yang meningkatkan nafsu makan. Namun pilihan makanannya biasanya yang menyenangkan, sering kali makanan kaya lemak, gula, atau keduanya.
Kondisi ini sering menyebabkan makan berlebihan, kemudian muncul perasaan tidak nyaman secara fisik dan bahkan rasa malu setelahnya. Lama kelamaan, makan emosional bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Studi berjudul Psychological Determinants of Emotional Eating in Adolescence, yang diterbitkan di National Library of Medicine, menyebut bahwa masalah asmara, stres kerja, kekhawatiran finansial, masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan sebagai beberapa alasan yang menjadi akar dari makan emosional.
Menurut Harvard Medical School, makan emosional lebih sering terjadi pada wanita ketimbang pria.
Ada cara melatih otak untuk menghentikan makan berlebihan secara emosional. Mulai dengan memahami perbedaan antara lapar fisik dan emosional dan mengambil langkah-langkah selain menjangkau makanan untuk mengatasi emosi negatif.
Menurut Mayo Clinic, rasa lapar fisik muncul bertahap, dan saat itu terjadi orang cenderung mau makan makanan apa pun. Saat merasa kenyang setelah titik tertentu, orang akan berhenti makan dan merasa tidak bersalah. Namun, makan emosional berbeda. Rasa lapar biasanya datang tiba-tiba, tidak memuaskan bahkan jika sudah kenyang, membuat orang merasa bersalah dan malu setelahnya.
Ada beberapa cara untuk mengatasinya, di antaranya meditasi, beralih ke alam, mencari dukungan teman atau kerabat, rajin menggerakkan tubuh dan jangan menyendiri.