Jumlah satelit yang mengorbit Bumi terus meningkat pesat dari tahun ke tahun. Satelit memerlukan kecepatan yang cukup mengatasi gaya sentripetal agar tidak jatuh ke Bumi.
Satelit yang mengorbit juga dipengaruhi oleh posisi orbit satelit dan kecepatan orbit satelit mengutip nesr labs telkom.
Posisi orbit mempengaruhi kecepatan orbitnya, semakin dekat dekat jaraknya dengan Bumi maka semakin tinggi kecepatan orbitnya. Lantas berapa kecepatan orbit tersebut?
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan beberapa pembagian kecepatan macam-macam satelit yang mengelilingi Bumi. Jika kecepatan satelit terlalu lambat maka satelit akan jatuh ke Bumi, sementara sebaliknya jika terlalu cepat pergerakannya maka satelit akan kehilangan daya tarik Bumi.
BRIN memetakan satelit dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan kegunaannya seperti: satelit cuaca, satelit komunikasi, satelit iptek dan satelit militer.
BRIN menjelaskan satelit yang mengorbit setidaknya ada tiga kategori. Di antaranya satelit Geostationary Earth Orbit (GEO) dengan kecepatan 11.000 kilometer per jam. Pada orbit ini terbilang poros terjauh dari Bumi.
Kemudian satelit Medium Earth Orbit (MEO) dengan kecepatan lebih dari 19.000 kilometer per jam. Satelit ini melintas pada orbit menengah.
Lebih lanjut ada satelit jenis Low Earth Orbit (LEO) yang memiliki kecepatan terbang mencapai 27.000 kilometer per jam. Satelit ini mengorbit dengan jarak yang terbilang dekat dengan Bumi.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa, BRIN contohnya, memiliki dua satelit yang mengorbit. Keduanya masuk dalam kategori satelit orbit Bumi rendah atau LEO.
Kedua satelit BRIN itu bernama LAPAN A-2 dan LAPAN A-3. Keduanya memiliki kecepatan sekitar 27.428 kilometer per jam.
BRIN menjelaskan waktu orbit kedua satelit itu kurang dari 24 jam, sehingga pada ketinggian 1.000 kilometer keduanya bisa mengitari Bumi dalam waktu 90 menit.
Sebagai informasi, LAPAN A-2 dan LAPAN A-3 merupakan mikrosatelit yang diluncurkan untuk mitigasi bencana, muatannya berupa sistem radio komunikasi amatir.
Kedua satelit ini dikembangkan dan dibangun di dalam negeri, bekerja sama dengan konsultan dari Jerman. Satelit A2 memiliki bobot 76 kilogram, sedangkan A3 lebih berat yakni 115 kilogram.