in

Penyebab Ada Orang Tak Suka Suara Mengecap

Ilustrasi. Foto: Shutterstock

Makan malam bersama keluarga atau teman lama sambil berbincang menjadi hal yang menyenangkan. Namun, kesenangan itu bisa terganggu dan terasa menyebalkan ketika orang di samping Anda mengeluarkan suara mengecap saat makan atau mengunyah.

Selain merasa kesal, orang juga kerap kehilangan selera makan setelah mendengar suara mengecap. Kondisi ini sendiri dikenal dengan istilah misophonia. Misophonia adalah kondisi yang menyebabkan respons negatif terhadap suara, seperti dilansir Healthline.

Suara berulang seperti mengunyah, mengetuk pena, tersedu-sedu, atau menggaruk mungkin dapat menyebabkan gangguan dan frustrasi bagi siapa pun.

Tetapi bagi orang yang hidup dengan kondisi misophonia, yang awalnya dikenal sebagai sindrom sensitivitas suara selektif, suara-suara ini lebih dari sekadar mengganggu. Dengan misophonia, suara-suara kecil itu, dan banyak lainnya, bisa benar-benar tak tertahankan.

Sederhananya, misophonia melibatkan kepekaan ekstrim terhadap suara tertentu. Faktanya, nama “misophonia” berasal dari kata Yunani yang berarti “benci suara.”

Hipersensitivitas ini mendorong respons melawan atau lari pada hal-hal yang memicu suara. Anda mungkin, misalnya, sangat ingin segera tinggalkan ruangan, menekan tangan di atas telinga hingga berteriak, “Setop membuat suara itu!”

Misophonia adalah gangguan nyata dan serius yang mengganggu fungsi, sosialisasi, dan pada akhirnya bisa mempengaruhi kesehatan mental.

Istilah misophonia sendiri pertama kali muncul pada 2001 dan diperkuat oleh penelitian yang dilakukan tim dari Newcastle University pada 2020 lalu.

Sebuah tim di Newcastle University di Inggris memeriksa pemindaian otak MRI dari mereka yang memiliki dan tanpa misophonia sambil memainkan berbagai suara.

Suara-suara itu bisa netral (seperti hujan atau air mendidih), tidak menyenangkan (bayi menangis atau orang berteriak), atau suara pemicu (suara bernafas atau makan).

Hasilnya, para peneliti mencatat perubahan signifikan pada aktivitas otak penderita misophonia ketika mereka mendengar ‘suara pemicu.’

Ternyata, mereka yang menderita misophonia memiliki perbedaan perkembangan di lobus frontal otak mereka yang menyebabkan otak bereaksi keras terhadap pemicu tersebut, seperti suara orang bernapas dan mengunyah. Kondisi tersebut juga bisa menyebabkan mereka berkeringat dan detak jantung meningkat.

“Saya harap ini akan meyakinkan penderita,” Tim Griffiths, profesor Neurologi Kognitif di Universitas Newcastle dan UCL, mengatakan dalam siaran pers, seperti dikutip The Healthy.

“Bagi banyak orang dengan misophonia, ini akan menjadi berita yang disambut baik karena untuk pertama kalinya kami menunjukkan perbedaan struktur dan fungsi otak pada penderitanya,” tambah Sukhbinder Kumar, dari Institute of Neuroscience di Newcastle University dan Wellcome Center for NeuroImaging di University College London.

“Studi ini menunjukkan perubahan otak kritis sebagai bukti lebih lanjut untuk meyakinkan komunitas medis yang skeptis bahwa ini adalah gangguan yang nyata,” lanjutnya.

Misophonia biasanya muncul sekitar usia 12 tahun, dan kemungkinan mempengaruhi lebih banyak orang.