Kenaikan level PPKM yang dialami beberapa daerah membuat sistem pembelajaran kembali dijalankan secara online. Untuk mengatasi kondisi yang berubah ini, orang tua dan guru perlu melakukan berbagai cara agar anak bisa belajar secara maksimal, termasuk saat di rumah.
Dosen Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Kartika Rinakit Adhe, S.Pd., M.Pd. memiliki tips memaksimalkan belajar anak di rumah dengan memahami fungsi hipotalamus.
Hipotalamus merupakan salah satu bagian otak yang berfungsi untuk mengeluarkan hormon dalam mengendalikan organ dan sel tubuh.
Meskipun memiliki ukuran yang kecil, namun memiliki sejumlah kendali untuk memberikan respons terhadap berbagai stimulus, mengatur sistem endokrin (hormonal) dan mengontrol sistem saraf otonom seperti suhu tubuh, asupan makanan, rasa haus, mengontrol emosi.
Jika hipotalamus ini tidak dapat bekerja secara maksimal atau terhenti, maka segala fungsi pada tubuh akan mengalami gangguan.
Hipotalamus dalam otak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Seperti ukuran hipotalamus laki-laki yang lebih besar dan keberadaan hormon oksitosin.
“Ini yang menyebabkan laki-laki lebih mudah lapar, oleh karenanya dalam menasihati anak laki-laki pantang dilakukan saat dia lapar. Begitupula hormone oksitosin yang bergabung dengan testosteron menyebabkan laki-laki lebih agresif, sedangkan apabila bergabung dengan estrogen membentuk karakter wanita lebih tenang dan menciptakan lingkungan yang menenangkan,” terang Kartika.
Menurutnya, dalam proses pembelajaran, karakter ini penting untuk dipahami orang tua, sehingga penyampaian informasi pada anak dapat berjalan lebih optimal.
Lebih lanjut, Kartika juga mengungkapkan metode pembelajaran sesuai jenis kelamin yang dapat dimanfaatkan untuk memaksimalkan proses belajar.
“Untuk anak laki-laki, biasanya akan menyenangi model praktikum, aktifitas hands on, membuat desain objek dan kegiatan olahraga. Sedangkan perempuan karena memiliki kekuatan hafalan yang lebih tinggi, maka mereka akan lebih menyukai kegiatan presentasi, diskusi, kepenulisan dan kesenian” ungkapnya.
Pemrosesan informasi antara anak laki-laki dengan perempuan saat belajar juga memiliki perbedaan.
“Anak laki-laki sulit memahami kata-kata yang terlalu panjang dan bertele-tele. Jadi saat berkomunikasi usahakan bicara to the point menggunakan kalimat yang mudah dimengerti anak,” paparnya.
Sedangkan tipe yang melekat di perempuan adalah cenderung lebih baik dalam mengingat, memahami dan mengetahui cara merespon yang benar dalam segala situasi sosial.
“Maka, agar komunikasi kita bisa diterima oleh anak perempuan lakukan dengan mendekati anak secara perlahan dan ajak bicara dari hati ke hati. Berbicara dari hati ke hati dengan nada bicara yang lembut. Hal tersebut cenderung membuat anak melunak” tutur Dosen PG PAUD Unesa itu.