Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab perbedaan cuaca di wilayah Indonesia dalam periode sama. Wilayah di Indonesia sebagian masuk musim kemarua sedangkan yang lain diguyur hujan ekstrem bahkan hujan es.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Fachri Radjab mengatakan dinamika cuaca yang berbeda-beda ini disebabkan oleh salah satu faktor, yaitu pemanasan global.
“Bukan tidak mungkin faktor global juga berperan, salah satunya pemanasan global,” ujar Fachri dikutip dari CNN, Kamis (24/2/2022).
Meski demikian dinamika cuaca seperti ini memang sudah dari dulu terjadi. Namun, frekuensi kejadian hujan ekstrem belakangan makin cenderung bertambah.
Selain pemanasan global, kata Fachri ada faktor lain yang jadi penyebab turunnya hujan ekstrem. Seperti kondisi atmosfer di Indonesia yang sangat dinamis.
Menurutnya, kedinamisan atmosfer di Indonesia itu dampak dari kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan, pegunungan dan terletak di ekuator.
Dengan begitu, tak heran beberapa wilayah di Indonesia memiliki musim penghujan dan musim kemarau yang sedikit berbeda.
“Iya (atmosfer yang dinamis ini berdampak cuaca di berbagai wilayah beragam),” tuturnya.
Sebelumnya, beberapa wilayah di Jawa Timur diguyur hujan ekstrim hingga hujan es pada Senin (21/2/2022) siang. Hujan es itu turun sebesar kerikil.
Hujan es itu juga disertai angin yang cukup kencang di Kelurahan Kebraon, Surabaya. Bahkan hujan es yang turun menumpuk menyerupai tumpukan salju.
Di samping itu, Aceh disebut sudah memasuki masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau pada Selasa (22/2/2022). Hal itu ditandai dengan cuaca yang tidak menentu, terkadang hujan, tak lama kemudian cerah.
“Kita lihat Aceh sudah memasuki masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Perlu diwaspadai potensi kebakaran,” ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar, Zakaria Ahmad.
Sejumlah daerah di Aceh saat ini ada yang sudah mengalami kekeringan, sehingga mudah terjadi kebakaran lahan dan hutan.