Beberapa waktu lalu, viral di media sosial pengakuan seorang wanita bernama Yunita Sari ditipu sales penjual mobil di dealer resmi. Kejadian seperti itu ternyata sudah berulang kali terjadi. Pahami modus pelaku penipuan supaya tidak jadi korban.
Diberitakan sebelumnya, Yunita tertipu puluhan juta rupiah saat berniat membeli mobil baru. Fakta mengejutkan dari kasus ini adalah penipuan terjadi di dealer resmi mobil Honda, yang berlokasi di MT Haryono.
Yunita mengisahkan dirinya berniat membeli mobil Honda Brio dengan oknum sales berseragam, ID Card hingga kartu nama yang meyakinkan.
Singkat cerita, Yunita sepakat untuk membeli Brio tipe E yang diupgrade menjadi tipe RS dengan penambahan body kit, logo H khas Honda, spoiler dan sebagainya dengan diskon yang disepakati. Yunita sama sekali tidak curiga kepada oknum sales tersebut karena transaksi dilakukan di dalam dealer resmi dan dilakukan bersama sales berseragam lengkap.
Namun, transaksi dilakukan dengan transfer ke rekening pribadi. Nahas, DP sebesar Rp47 juta yang ditransfer ke rekening pribadi ludes digondol oknum tersebut.
Kasus penipuan berkedok sales mobil ternyata bukan sekali dua kali terjadi. Ketua Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) David Tobing menyebut kasus serupa sempat terjadi beberapa kali. Bahkan ada yang terjadi di pameran mobil.
“Sering, mungkin ada lima kali. Di pameran ada. Bahkan di pameran itu dia ditipu,” ungkap David dikutip dari Detik, Rabu (9/3/2022).
Modusnya beragam, kata David. Salah satunya mengalihkan rekening tujuan ke rekening lain, bukan rekening resmi dealer.
“Karena warnanya nggak ada, DP Rp20 juta ke oknum, Rp200 juta ke dealer, dan Rp200 juta lagi ke dealer lain. Minta DP, dibilang tipenya jarang, ada juga yang bilang warnanya nggak ada di sini, jadi harus transfer ke PT yang lain. Macam-macam modusnya,” ucap David.
Ada juga, kata David, konsumen yang diiming-imingi aksesoris. Modusnya, agar tak berbelit-belit jika transaksi ke rekening perusahaan, maka rekening tujuan dialihkan ke rekening pribadi.
“Biasanya dibuat suatu limitasi dulu, kalau misalnya melalui perusahaan katanya nggak ada aksesori, nggak dapat ini dan sebagainya. Akhirnya dibuatlah pengecualian, tapi harus membayar ke tempat lain. Itu banyak juga modus seperti itu,” ujarnya.