Lebih dari 12.000 tahun yang lalu, Amerika Selatan dipenuhi dengan deretan binatang zaman es yang memiliki ukuran raksasa. Salah satunya adalah kungkang tanah raksasa seukuran mobil.
Hal tersebut menurut peneliti diketahui dari seni cadas yang ditemukan sepanjang 13 kilometer di Serrania de la Lindosa di hutan hujan Amazon, Kolombia. Penelitian terkait telah dipublikasikan dalam jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society B.
“Lukisan-lukisan dari manusia paling awal yang hidup di wilayah itu menggambarkan seluruh keragaman Amazonia. Mulai dari kura-kura, ikan, jaguar, monyet, dan landak,” kata Jose Iriarte, penulis studi dan profesor di fakultas arkeologi University of Exeter, Inggris, seperti dikutip dari CNN, Selasa (8//3/2022).
Iriate menyebut, seni tersebut dilukis oleh manusia awal di Amerika Selatan yang datang dari Afrika. Saat tiba di wilayah baru itu, manusia purba kemudian menemukan hewan-hewan baru yang tak mereka kenal sebelumnya.
“Mereka menemukan mamalia bertubuh besar dan kemungkinan besar melukisnya. Lukisan-lukisan itu sangat naturalistik dan kami dapat melihat ciri-ciri morfologis hewan-hewan itu,” kata Iriate.
Tetapi penemuan yang disebut peneliti sebagai megafauna yang punah itu rupanya masih kontroversi dan diperdebatkan.
Arkeolog lain mengatakan, bahwa hewan yang disebut sebagai kungkang raksasa itu bisa jadi merupkan kapibara, hewan pengerat raksasa yang saat ini umum ditemukan di wilayah tersebut.
Namun perdebatan itu tak menyurutkan Iriate untuk terus mencari bukti-bukti keberadaan hewan yang lain dan mengidentifikasi ciri-ciri khas mereka dalam lukisan.
Salah satu hewan yang teridentifikasi di seni cadas di Serrania de la Lindosa, Amerika Selatan adalah kungkang tanah raksasa seukuran mobil. Timnya kemudian menyebut berhasil mengidentifikasi lima hewan di seni cadas di Amerika Selatan itu.
Selain kungkang tanah raksasa, tim menemukan pula gomphothere (hewan mirip gajah), hewan yang disebut sebagai keturunan kuda yang punah, unta, serta ungulata (mamalia berkuku).
Sementara itu peneliti belum menentukan pigmen yang digunakan untuk membuat lukisan berasal dari apa. Namun Iriarte mengatakan, fragmen oker ditemukan di lapisan sedimen selama penggalian tanah.
Menentukan usia pigmen merah yang digunakan untuk melukis itu merupakan hal yang rumit. Ini karena oker merupakan pigmen mineral anorganik yang tak mengandung karbon, sehingga tak dapat ditentukan menggunakan teknik penanggalan radiokarbon.
Studi lebih lanjut tentang lukisan ini diperlukan supaya dapat menjelaskan mengapa hewan raksasa tersebut punah.